Cari Blog Ini

05 Juni 2011

Ponpes Al-Bahjah, Berdayakan Dakwah Semua Lini


Di sebuah kota di deretan pantai utara pulau jawa tepatnya di kota Cirebon, berdiri sebuah pondok pesantren dibawah pimpinan seorang da'i muda yang dalam waktu singkat telah mendapat pengakuan masyarakat. Terbukti dengan perkembangannya yang pesat ditandai berdirinya sebuah stasiun radio dan pesantren sebagai pusat proses belajar para santri beserta padatnya agenda dakwah sang pengasuh ditambah dengan sebuah situs untuk merambah dunia maya. Di bawah asuhan Buya Yahya, begitulah para santri beliau memanggilnya, Al-Bahjah, nama pondok tersebut, tumbuh menjadi poros kekuatan dakwah islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya.

Semula kedatangan Buya Yahya ke Cirebon pada awal tahun 2006 adalah untuk mengemban tugas dari Universitas Al-Ahgaf membuat sekolah persiapan Universitas Al-Ahgaf di Indonesia. Sesuai evaluasi efektivitas sekolah persiapan, program tersebut hanya berjalan selama 1 tahun yang akhirnya dikembalikan ke Yaman. Bersama itu pula Buya Yahya meminta izin kepada Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk merintis dakwah di Cirebon dan atas do’a dan restu beliau dan guru-guru Buya Yahya yang lainya usaha dalam berdakwah sungguh sangat dimudahkan oleh Allah SWT.
Pada tahun kedua dari keberadaan Buya Yahya di Kota Cirebon, beliau sudah bisa membuka beberapa majelis ta’lim di beberapa masjid besar di Kota Cirebon dan sekitarnya.
Usaha berdakwah selalu dikembangkan hingga akhirnya datanglah permintaan dari beberapa kaum muslimin untuk menitipkan anak-anak mereka di tempat Buya Yahya yang pada awalnya tidak bisa langsung diterima karena kondisi tempat tinggal beliau yang masih menempati satu rumah pinjaman di Cirebon.
Baru setelah Buya Yahya memiliki satu tempat tinggal yang lain lagi yaitu rumah kontrakan yang berdekatan dengan tempat tinggal Buya Yahya di daerah Karang Jalak Cirebon, maka saat itu Buya Yahya mulai menerima beberapa santri. Memang tidak semua santri yang datang langsung diterima melihat daya tampung tempat tinggal, penerimaan santri pun dilaksanakan dengan beristikhoroh.
Hingga pada tahun berikutnya dirasakan bahwa tempat tinggal semakin padat dengan santri, karena saat itu sudah terhitung satu rumah yang tidak terlalu besar dengan penduduk 12 santri putra dan satu rumah lagi yang dihuni oleh 10 santri putri.
Hikmah dari itu semua yang menjadikan Buya Yahya dan sahabat-sahabatnya baik yang di Cirebon atau yang di luar Cirebon untuk berusaha mencari tempat yang lebih leluasa sebagai pusat resmi Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah termasuk di dalamnya adalah Pondok Pesantren Al-Bahjah. Akhirnya jatuhlah pilihan pada satu tempat yang disebut dengan Desa Sendang Kec. Sumber Kab. Cirebon. Sebuah lokasi Pesantren di tengah sawah yang jauh dari pemukiman masyarakat.
Tepatnya di bulan Juni 2008 dimulailah pembangunan pesantren. Setelah kurang lebih satu setengah tahun tepatnya 10 Januari 2010 Pesantren resmi ditempati santri putra dan putri yang pada hari itu juga diresmikan oleh Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun dari Yaman.



Pendatang yang Berjuang Untuk Islam
Kedatangan Yahya Zainul Maarif (yang lebih akrab disapa Buya Yahya) ke Cirebon pada akhir tahun 2005 awal 2006 pada awalnya adalah untuk mejalankan tugas dari gurunya Rektor Universitas Al Ahgaff, Al Murobbi Prof. DR. Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk memimpin pendidikan orientasi bagi calon mahasiswa yang akan berangkat kuliah ke universitas Al Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan aktivitasnya, Buya Yahya mengontrak sebuah ruangan di Ponpes Nuurusshidiq, Tuparev-Cirebon. Hal itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Saat itu Buya Yahya belum mengantongi restu dari Sang Guru untuk berdakwah ke lapisan masyarakat.
Pada akhir 2006 Buya Yahya sowan kepada gurunya di Yaman dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Buya Yahya merintis dakwahnya dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Buya Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga akhirnya dimudahkan oleh Allah untuk membuka majelis-majelis ta’lim di Masjid terbesar di Cirebon, Masjid At-Taqwa alun-alun tiap malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang dan kini dipenuhi oleh para jamaah yang membludak hingga memenuhi halaman masjid. Buya Yahya meyakini kemudahan ini diberikan oleh Allah karena berkat ridha dan restu para guru. Bersamaan itu juga Buya Yahya membuka puluhan majlis ta’lim bulanan di berbagai tempat di Kota Cirebon, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Indramayu dan Jabodetabek.
Kebetulan Buya Yahya pada pertengahan 2006 selama satu tahun sempat berjuang di stasiun radio Islami Salma 101 FM dan mendapat kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut. Selama itu pula Buya Yahya mencoba menghadirkan inovasi dakwah dengan media radio, membuat program pesantren udara yang diisi dengan pengajian pengajian.
Di media cetak Yahya juga ikut berdakwah. Selama bulan ramadhan yang lalu Yahya mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Radar Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengisi artikel di harian tersebut setiap hari Jumat dalam rubrik Oase Iman juga merupakan pengasuh rubrik Masail Diniyah di majalah Al-Bashiroh. Selain itu Buya Yahya juga pernah aktif di acara titian qolbu TV One dan sampai saat ini Buya Yahya aktif di Cirebon TV dalam acara dialog interaktif setiap malam Jumat dalam acara “Hidup Indah Bersama Buya Yahya”. Tidak cukup sampai di situ, Buya Yahya dan tim dakwahnya (atas pertolongan Allah) juga telah menghadirkan Website media dakwah online lewat www.buyayahya.org dan radio Islami resmi milik pesantren yaitu RADIOQU yang mengudara pada frekuensi gelombang 107,9 FM. Ini semua dilakukan dalam upaya menjangkau semua aspek sosial masyarakat agar bisa tersentuh oleh dakwah. Pesantren juga sedang mengembangkan program tahfidul qur’an yang menggalakkan budaya menghapal al-qur’an sejak dini untuk siswa unggul dengan target menghapal seluruh al-qur’an sebelum lulus sekolah dasar. Saat ini, pesantren al-bahjah ditempati oleh total 80 santri, 50 santri putra dan 30 santri putri tanpa dipungut biaya.

10 komentar:

  1. Buya Yahya, beliau adalah pejuang Islam yang ikhlas dan merupakan figur ulama yang dicintai dan ditunggu-tunggu umat..
    semoga Allah memberi kita hidayahNya... Amin..

    BalasHapus
  2. abdullah abu faiq Abu

    istighfar lah ...

    BalasHapus
  3. pro dan kontra adalah sunnatullah,,
    berjuang terus untuk al-Ustadz Yahya Zainul Maarif (buya yahya).
    akan banyak ujian, cercaan ,dan hinaan untuk beliau, tapi saya yakin beliau adalah ulama muda yg pantang menyerah dalam amar ma'ruf...

    ihdinasshiraathal mustaqiim..

    BalasHapus
  4. asalamualaikum ...
    mau tanya kalo kuliah tapi sambil pesantren di ponpes al-bahjah bisa??

    BalasHapus
  5. Iblis emang ga pernah suka sama orang2 Sholeh. Apalagi kalo Seorang Ulama yg selalu Meagungkan dan selalu Memuliakan Rosullulloh Iblis paling benci sama Ulama yg ky gini... Buya Yahya Semoga engkau Selalu di berikan kesehatan agar selalu.mengajak Umat untuk Mencintai Baginda Nabi....... Amin.

    BalasHapus
  6. Assalamu 'alaikum wr. wb.
    salam silaturahmi,smoga allah m'berikan umur panjang dan kemulyaan kepada buya yahya.amiin ya robbal alamin.
    saya mohon penjelasan,bagi siswa baru yang masuk kepesantren al bahjah,syaratnya apa..?usia anak berapa..? dll.
    terima kasih.

    BalasHapus
  7. hai..abu faiq !!! kayak lo itu keren aja, udah mah lo goublok ditambah muka lo tu kayak anjing !!!!.........(semoga gue dapet pahala mengumpat orang ini)

    BalasHapus
  8. Utk renungan abuya
    Bismillahir Rahmanir Rahmanir Rahim

    https://keep.line.me/s/9yByraYHzAECzHFQMiLZbeKfw0DgqfRoutB4EEtdJVI


    Salam dan renungan

    Web: almawaddah.info

    Kepada;

    Yang dihormati Para rektor universiti, para akademik dan para mufti.

    Tun, Tan Seri/Datuk Seri/Datin Seri/Datuk/Datin/tuan/puan.

    Perkara: "Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang bertentangan dengan al-Qur'an dan ayat-ayat al-Qur'an yang bertentangan dengan akidah Ahli Sunnah Wal-Jamaah" sebagai kajian dan renungan. Diambil dari web: almawaddah.info

    1. Tidakkah al-Qur'an itu asas agama Islam yang diredai oleh Allah dan Rasul-Nya?

    2. Tidakkah Islam itu rahmatan lil Alamin?

    Terima kasih dan 'afwan.

    Daripada;

    Pencinta al-Qur'an sebagai asas agama Islam di Malaysia.






    BalasHapus