Cari Blog Ini

05 Juni 2011

Manfaat Kopi Kafein: Zat Perangsang Paling Disukai Pelejit Konsentrasi Pemompa Memori


Pada abad ke-3 M, di Ethiopia hiduplah seorang gembala kambing bernama Kaldi. Suatu malam, kambing-kambingnya hilang. Keesokan paginya ia menemukan kambing-kambingnya terlihat gembira, bergerak lincah di dekat pohon berdaun berdaun gelap berbuah merah. Penasaran, Kaldi ikut-ikutan mengunyah buah itu. Segera ia merasa lebih berenergi. Ia pun menduga perilaku kambingnya yang aneh itu disebabkan biji yang kemudian dikenal sebagai kopi.

Kopi dengan kandungan kafeinnya (1,3,7-trimethylxanthine) adalah senyawa kimia yang seringkali digolongkan sebagai stimulan (zat perangsang) sistem saraf pusat dalam otak. Selain kopi, kafein secara alami terdapat dalam berbagai jenis bahan makanan seperti teh dan kakao (Ramachandran, 2002). Kafein sendiri merupakan stimulan yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk dunia. Fungsinya adalah merangsang sistem saraf pusat dalam otak sehingga mampu meningkatkan keterjagaan dan kewaspadaan (Bodde, 2008).

Bagaimana Pengaruh Kafein?
Penelitian yang dilakukan Ruxton (2008) terhadap berbagai studi tentang kafein selama 15 tahun terakhir menunjukkan bahwa ketika seseorang mengkonsumsi kafein sebanyak 38-400 mg (setara dengan 1-8 cangkir teh atau ⅓-4 cangkir kopi) per hari, maka kinerja fisik dan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan otak meningkat, khususnya keterjagaan dan kewaspadaan. Selain itu, mood persepsi terhadap kelelahan juga berubah. Namun jika melebihi dosis tersebut, maka akan terjadi peningkatan resiko munculnya dehidrasi (kekurangan cairan), kecemasan, sakit kepala, dan gangguan tidur. Sementara peneliti lain, Revelle (dalam Bodde, 2008), percaya bahwa kafein dapat mempengaruhi pemrosesan informasi dalam otak kita, namun belum ditentukan komponen atau tahap pemrosesan informasi apa yang dipengaruhi. Kafein juga diklaim mampu meningkatkan performa memori dan menurunkan tingkat kesalahan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan proses berpikir (Hogervost dkk., 1998).
Berbagai efek kafein ini tergantung pada usia. Penelitian yang dilakukan oleh Rees dkk (1999) menunjukkan bahwa kafein lebih dapat meningkatkan kewaspadaan dan performa psikomotor pada kelompok subjek yang berusia 50-65 tahun dibanding kelompok subjek berusia 20-25 tahun.
Selain itu, kafein menghasilkan efek pengenduran otot-otot halus (oleh karenanya kafein dipakai dalam pengobatan asma karena mampu mengendurkan otot-otot halus bronchi), dan meningkatkan produksi urin, meskipun mekanisme kafein dalam peningkatan produksi urin belum diketahui dengan jelas (Sadock and Sadock, 2000).

Berapa Lama Pengaruh Kafein?

Kafein sangat mudah larut, sehingga dapat masuk ke dalam aliran darah di otak dengan sangat cepat. Pada penelitian terhadap binatang, obat-obatan dapat mencapai otak hanya dalam hitungan menit setelah diberikan. Kafein akan mempengaruhi keadaan otak paling cepat selama satu jam, dan perlahan-lahan normal kembali dalam waktu 3-4 jam atau lebih lama. Daerah yang berperan dalam proses tidur, mood, dan konsentrasi menunjukkan peningkatan aktivitas pada pemberian kafein dengan dosis rendah, dan peningkatan ini merupakan tanda adanya peningkatan kewaspadaan secara umum. Hal seperti ini memang dilaporkan oleh responden setelah pemberian kafein. Partisipan dalam sebuah penelitian melaporkan bahwa kafein dalam dosis sedang membuat mereka lebih waspada, lebih siaga, dan meningkatkan perhatian (Ryan dkk., 2001).

Berapa Sebaiknya Mengkonsumsi Kafein?

Kafein paling banyak terdapat dalam kopi. Dua jenis kopi yang paling utama adalah Arabika dan Robusta.
Secangkir kopi Arabika 150 ml mengandung 71-120 mg kafein, sedangkan pada kopi Robusta, kandungan kafein mencapai 131-220 mg per cangkir. Bahan makanan lain yang juga mengandung kafein adalah teh, cola, dan coklat. Kandungan kafein dalam kopi mencapai 71-220 mg/150 ml, dalam teh mencapai 32-42 mg/150 ml, dalam cola mencapai 32-70 mg/330 ml, dan dalam coklat mencapai 4 mg/150 ml. Di Amerika, konsumsi kafein umumnya sebesar 76 mg/orang/hari namun dapat mencapai 210-238 mg/orang/hari.
Efek kafein akan terlihat setelah seseorang mengkonsumsi kafein dalam dosis rendah hingga sedang (50-300 mg). Pada dosis ini akan terjadi peningkatan kewaspadaan, energi, dan kemampuan konsentrasi. Sebaliknya, kafein yang diberikan melebihi dosis tersebut akan memicu timbulnya pengaruh negatif seperti kecemasan, sulit istirahat, insomnia, dan peningkatan denyut jantung (Chawla, 2006).

By : Abdurrahman, S.Psi.


DAFTAR RUJUKAN:
Bodde, Brandy L. (2008). The Effects of Caffeine and Sugar on The Memorization of Word Lists. Missouri Western State University.
Chawla MD, Jasvinder. (2006). Neurologic Effects of Caffeine. (www.emedicine.com).
Hogervost, E. W. J. Riedel. J. A. J. Schmitt, and J. Jolles. 1998. Caffeine Improves Memory Performance During Distraction in Middle-Aged, But Not in Young or Old Subject. Psychopharmacology, 13:27-284.
Ramachandran, V.S. (2002). Encyclopedia of The Human Brain Vol. 4. New York: Academic Press, Inc.
Rees, Katy, David Allen, and Malcolm Lader. 1999. The Influence of Age and Caffeine on Psychomotor and Cognitive Function. Psychopharmacology, 145:81-182.
Ruxton, C.H.S. (2008). The Impact of Caffeine on Mood, Cognitive Function, Performance, and Hydration: A Review of Benefits and Risks. Nutrition Bulletin, 33:15-25.
Ryan dkk, Lee. (2001). Caffeine Reduces Time-of-Day Effect on Memory Performance in Older Adult. Psychological Science: A Journal of the American Psychological Society, No.1, Januari 2002, 13:8-71.
Sadock, Benjamin J. and Virginia A. Sadock. (2000). Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry 7th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Publishers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar