Cari Blog Ini

05 Juni 2011

Karakter Babi Paksa Al-Quran Turun Tangan


Bunyi QS an-nahl 115 inilah salah satu dari empat ayat yang mengharamkan babi. Memunculkan sebuah pertanyaan, apa yang membuatnya menjadi satu-satunya hewan yang begitu spesial hingga "nash" keharamannya turun langsung dari Allah, melalui Malaikat Jibril, kepada Nabi Muhammad dan termaktub dalam al-Quran, sebuah landasan hukum tertinggi dalam Islam, yang berarti tidak menyisakan ruang khilaf.

Sebuah Fakta
Medio bulan April 2009, masyarakat dunia disibukkan oleh fenomena munculnya sebuah virus baru yang berawal dari Meksiko, mengakibatkan jatuhnya ratusan korban meninggal dan hingga berita ini ditulis sudah menjangkiti 98 ribu penderita dengan lebih dari 700 kasus berujung kematian pada ratusan negara di berbagai belahan dunia (Jawa Pos, 24 Juli 2009 mengutip dari WHO) dan berpotensi terus mengganas karena belum sepenuhnya terkendali. Ya, mereka menyebutnya flu babi atau swine influenza. Sebuah virus influenza A dengan subtipe H1NI Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi dengan karakteristik yang hampir sama dengan Spanis Flu (flu Spanyol).
Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran pernafasan pada babi, yang disebabkan virus influenza jenis A. Para peneliti dari WHO menyimpulkan bahwa babi merupakan tempat berbagai virus flu berkumpul. Baik yang menyerang babi itu sendiri, unggas, hewan lain maupun manusia. Berawal dari babi, virus ini menulari konsumen babi, lalu menular antar manusia. Gejalanya mirip dengan influenza seperti demam, batuk, pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan dan sesak napas yang disertai mual, muntah dan diare
“Dalam tubuh babi-lah aneka virus tersebut bertemu dan bermutasi hingga akhirnya mengeluarkan virus baru yang mengandung material pendukungnya dengan sifat yang baru pula,” ujar peneliti dari Pusat Penyakit Tropis, CA Nidom. Menurutnya tubuh babi merupakan wahana pencampur (mixing vessel) atau tempat bertemu dan bermutasinya berbagai jenis virus tersebut yang kemudian bercampur dan menghasilkan virus baru dengan karakter baru. Babi telah lama ditengarai sebagai tempat perindukan yang baik untuk mencampur berbagai jenis virus dari sekelilingnya.
Ada beberapa hal yang membuat para peneliti kesehatan di seluruh dunia merasa kuatir hingga menetapkannya sebagai wabah global alias fase ke 6 bahaya pandemi suatu penyakit. Pertama, kasus-kasus fatal yang terjadi secara serentak hanya dalam kurun waktu beberapa minggu saja, telah menyebar melalui penularan antar manusia pada kelompok muda yang secara biologis cukup kuat terhadap kejadian influenza biasa. Kalau kematian terjadi pada kelompok ini, jelas saja kelompok yang lebih rentan yaitu anak-anak dan orang lanjut usia akan mudah mengalami kasus fatal. Kedua, kasus ini mengingatkan para pakar kesehatan pada riwayat penyakit flu Spanyol. Virus penyebab kematian massal manusia pada tahun 1918-1919 itu juga adalah H1N1, dengan karakteristik yang hampir sama dengan yang terjadi sekarang yaitu menimpa kelompok usia muda. Waktu itu sekitar 40 juta orang, bahkan diperkirakan lebih, meninggal dalam serangan pandemi influenza yang terjadi dalam tiga gelombang itu. Kalau kejadian ini terulang kembali, dan menyebar dengan cepat sebagaimana pernah terjadi sembilan dekade silam itu, maka jutaan orang akan bisa kehilangan nyawa dalam sekejap mata. Dan itu bisa berarti bencana kesehatan yang sangat mengerikan.
Melihat rentetan kejadian serangan influenza flu babi yang secara sporadis terjadi, bukan tidak mungkin bahwa pandemi influenza memang sudah di depan mata. Mutasi, rangkaian serangan, dan keganasan virus yang semakin terlihat dengan jelas dalam beberapa kejadian kasus kematian pada manusia sebelumnya, bukan mustahil menjadi pertanda bahwa influenza akan segera menjadi “pembunuh” dahsyat dalam beberapa waktu ke depan.
Babi adalah tokoh utama dalam kemunculan virus yang sangat cepat menular dan 26 Juni lalu telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi dunia (wabah global seperti flu Spanyol) ini karena hanya dalam hitungan hari, virus ini telah menyebar di lima benua. Tubuhnyalah media bagi aneka virus flu bermutasi dan menjadi virus baru yang jauh lebih ganas. Tak heran Allah mengharamkannya langsung lewat al-Quran. Di Meksiko, virus ini telah menjangkiti 3352 penderita dengan 159 kasus kematian. 389 kasus di Amerika dengan puluhan korban tewas. 129 kasus di Jepang memaksa mereka meliburkan lebih dari dua ribu sekolahnya. Kosta Rika dan negara-negara lain di antaranya, Argentina, Australia, Austria, Brazil, China, Kolombia, Kuba, Denmark, El Salvador, Finlandia, Perancis, Jerman, Guatemala, Irlandia, Israel, Italia, Belanda, New Zealand, Norwegia, Panama, Polandia, Republik Korea, Spanyol, Swedia, Swiss, Thailand, dan Inggris.
Investigasi sementara menunjukkan bahwa virus penyebab flu babi ini adalah H1N1, tipe yang sesungguhnya tidak terlalu parah dibandingkan dengan virus H5N1 yang menyebabkan flu burung. Dengan angka kematian yang sekarang ini “hanya” berkisar kurang dari 10 persen dibandingkan dengan seluruh penderitanya, flu babi jelas bukan apa-apa. Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) merespon kasus ini dengan serius dan sigap. Kenaikan status bahaya pandemi sampai pada level 6, menunjukkan dunia mencium bahaya dan tidak bermain-main menyikapi flu babi.

Validitas Al-Quran sebagai Kitab Samawi

Dalam syariat Islam, babi termasuk hewan yang haram dikonsumsi. Melalui beberapa ayat dalam al-Quran Allah mengharamkan babi, bangkai dan darah sekaligus. Dan tidaklah Allah mengharamkan kecuali yang buruk dan tidak baik,
"ويُحِل لهم الطيبات ويُحرِمُ عليهم الخبَائِث".
Ayat ini mengimplikasikan “haramnya semua yang buruk (khabits)” dan “semua yang diharamkan adalah buruk dan tidak baik”.
Keistimewaan yang dimiliki hewan rakus dan jorok ini hingga membuatnya menjadi satu-satunya hewan yang Nash keharamannya turun langsung dari Allah, melalui Malaikat Jibril, kepada Nabi Muhammad dan termaktub dalam al-Quran, sebuah landasan hukum tertinggi dalam Islam, yang berarti tidak menyisakan ruang khilaf dan mengisyaratkan bahwa Allah menginginkan semua orang Islam di seluruh dunia dalam kondisi normal (bukan darurat) tidak mengkonsumsi hewan yang dikenal jorok dan sangat rakus ini.
Apalagi jika ditambah status hewan ini sebagai najis mughalladzah (kategori berat), membuat muslim yang ingin menyentuhnya harus berpikir lagi. Kontak langsung dengan babi akan mengharuskannya dibasuh tujuh kali dan lain sebagainya, membuat orang berpikir kenapa najis babi mendapatkan perlakuan lain dari hewan lainnya.
Mungkin bagi segelintir orang, perlakuan Islam terhadap hewan yang sangat rakus dan jorok ini seperti sebuah vonis yang tidak berpijak pada teori ilmiah atau kedokteran dan hanya ta’abbudi mutlak.
Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat dalam waktu yang relatif singkat membantu kita umat Islam menyingkap sebuah fakta yang belum terkuak 14 abad silam. Pengharaman konsumsi babi lebih dari satu millennium yang lalu ternyata bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Di dalam tubuh babi terdapat 9 jenis cacing babi berbahaya, di antaranya cacing pita (Taenia Solium) yang sudah terkenal, tumbuh di usus manusia dan bisa mencapai 10 kaki. Dan dalam tingkat akut, cacing ini bisa menyebabkan penyakit mematikan. Cacing Trichinila Spiralis. Dapat tinggal di otot dan daging manusia, sekat antara paru dan jantung, dan daerah-daerah lain di tubuh. Sedang keberadaannya di sekat tersebut akan mempersempit pernafasan, yang bisa berujung kematian. Cacing Schistosoma Japonicum. Ini adalah cacing yang lebih berbahaya daripada cacing schistosoma yang terkenal di Mesir. Dan babi adalah satu-satunya binatang yang mengandung cacing ini. Cacing ini berkembang sangat cepat, dalam sehari bisa mencapai lebih dari 20000 telur, dapat membakar kulit, lambung dan hati, terkadang menyerang otak dan saraf tulang belakang, bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Selain itu. kuman-kuman yang ada pada babi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit melalui kontak langsung dengan kulitnya. TBC, cacar (small pox), dan gatal-gatal (scabies) hanyalah sedikit dari penyakit yang dapat muncul gara-gara menyentuh babi. Apalagi kasus terbaru membuktikan bahwa tubuh babi adalah media yang memungkinkan aneka virus flu bermutasi menjadi virus baru yang lebih ganas seperti yang sekarang kita saksikan. Mereka lupa bahwa untuk menemukan cacing pita saja manusia membutuhkan waktu berabad-abad dan entah apa lagi penyakit yang akan ditimbulkan dari hewan ini.
Pemaparan di atas sedikit banyak sudah cukup memberikan jawaban kenapa kita harus bersyukur dijauhkan dari babi. Inilah sedikit dari misteri cara kerja tuhan yang tidak terjangkau oleh akal manusia. Membuat kita umat Islam semakin yakin bahwa dalam setiap hukum syariat dalam Islam pasti terdapat hikmah. Para pendahulu kita dengan keimanan yang kuat, telah lebih dulu meyakini dan berpegang teguh pada seluruh kandungan Al-Quran tanpa harus mengadakan riset terlebih dahulu.
Dan waktu, seiring kemajuan teknologi ibarat sebuah pembuktian mu’jizat al-Quran, yang dulu masih menyisakan polemik dan misteri, firman Allah sang pencipta segalanya yang pasti lebih tahu karakteristik maklukNya, sebagai satu-satunya kitab samawi otentik yang tersisa. Mu’jizat terbesar dan teragung Nabi kita Muhamad saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar