Sepakbola
adalah salah satu olahraga terpopuler di seluruh dunia. Hampir seluruh lapisan
masyarakat dunia menggandrungi cabang olahraga yang tidak mengenal status
sosial ini. Karena pluralitas sepakbola yang tidak mengenal batas dan melewati
segala sekat inilah sepakbola bisa dinikmati, diamati dan diterapkan masyarakat
dunia. Unity and respect. Batas agama, ras kesukuan, status sosial, kulit putih
dan kulit hitam, bahkan jenis kelamin runtuh di hadapan keagungan sepakbola.
Dalam
usianya yang sudah melewati rentang masa yang tidak pendek, sepakbola mengenal
beragam filosofi yang mewarnai dan memperindah corak permainan serta memanjakan
para penikmat sepakbola. Bukan hal baru jika kita membicarakan filosofi
sepakbola. Bahkan sudah ada beberapa buku yang secara spesifik mengulas tentang
masalah ini. Salah satu filosofi termasyhur adalah Total Football ala Belanda
di era Johan Cruyff. Dia sukses merevolusi gaya bermain yang di eranya hanya
menonojolkan kualitas fisik. Di bawah rezim kepemimpinannya, Barca
dijadikannya penguasa Spanyol sebanyak empat kali berturut-turut pada 1991
hingga 1994. Prestasi tertingginya adalah ketika Barcelona merengkuh Piala
Champions dengan mengalahkan Sampdoria yang kala itu diperkuat duo Italia, Gianluca Vialli dan
Roberto Mancini, pada 1992. Tanpa dia, tidak akan ada Pep Guardiola atau Messi
di muka bumi. Tanpa dia Xavi, Iniesta, dan David Villa hanyalah pemain-pemain
sepakbola yang tidak cukup tinggi untuk bermain di kompetisi sepakbola.
Rata-rata, mereka hanya mempunyai tinggi 171 cm (www.oktomagazine.com).
Filosofi inilah yang kini dianut oleh Barcelona saat ini di
bawah kepemimpinan Pep Guardiola. Barcelona kini sukses menyabet predikat tim terbaik di dunia. Dalam
kurun waktu tiga tahun Pep mengoleksi 11 trofi untuk Los Cules. Terakhir adalah
Piala Super Spanyol yang mereka rengkuh tahun lalu. Tapi siapa sangka, di balik
kesuksesan tersebut ada satu kunci keberhasilan mereka yang semua orang tahu
meski tabu untuk menyebutnya secara eksplisit. Filosofi inilah salah satu kunci
sukses mereka selain sepakbola indah menyerang ala Johan Cruyff. Ya. Saya
menyebutnya Filosofi Sepakbola Banci. Agak berlebihan memang menyebut gaya para
pria jantan dari Catalan yang piawai mengolah kulit bundar dan berhasil memukau
dunia dengan sebutan menjijikkan seperti “BANCI”. Tapi apa lacur, gaya bermain
merekalah yang membuat mereka pantas menyandang gelar memalukan tersebut.
Gaya
bermain Los Cules memang sangat indah. Siapa yang tidak kenal Lionel Messi,
Xavi atau Andres Iniesta. Nama mereka bergantian menghiasi daftar nominasi
pemain terbaik Dunia. Sebenarnya dengan atau tanpa filosofi banci ini
sepertinya mereka memang hebat. Tapi tanpa aksi menjatuhkan diri dan merengek
atau berpura-pura sakit ini barangkali mereka tidak semudah ini menaklukkan
dunia. Belum lagi jika ditambah dugaan konspirasi antara tim dengan UEFA,
otoritas sepakbola tertinggi di Eropa. Sudah puluhan kartu kuning atau bahkan ratusan yang diperoleh Barca berkat
kelihaian mereka mempedaya pengadil lapangan dengan mempraktekkan filosofi ini.
Laga-laga besar dan penting adalah fokus utama dalam praktek filosofi memalukan
ini. Para lelaki sejati menjatuhkan diri dan merengek-rengek meminta perhatian
dan belas kasihan wasit? Menipu diri dan menipu dunia?
Sergio
Busquets, Dani Alves, David Villa adalah nama-nama yang terkenal dengan aksi
divingnya. Nama yang pertama disebut adalah aktor utama keberhasilan filosofi
ini. Satu-satunya nama yang harus disorot lebih. Melalui aksinya,
kemenangan-kemenangan penting berhasil diraih Barcelona meski pernah juga
aksinya belum mampu berbuah kemenangan untuk timya. Ingatkah anda dengan
insiden kartu merah yang diterima Thiago Motta pada laga Inter vs Barcelona di
semifinal liga Champions 2009-2010? Jika sudah lupa silahkan tengok rekam
ulangnya yang bisa anda dapatkan di situs Youtube. Aksi busquet berhasil
membuahkan kartu merah atas Motta meski belum mampu membawa Barcelona ke babak
selanjutnya. Terakhir adalah pelanggaran berbuah pinalti dalam laga perempat
final liga champions melawan AC. Milan. Hanya dengan sedikit kontak dan tarik
kaos, sedikit saja dan Busquets sukses membawa kemenangan bagi Barcelona.
Tentunya dengan aksi menjatuhkan diri dan merengek yang indah dipandang mata. Banyak
pula bukti yang diajukan para penikmat bola untuk menasbihkan filosofi banci
ala Barcelona dalam bentuk video. Dengan mudah bisa anda unduh di situs
youtube. Cari saja dengan keywords “Barcelona, cheaters, liers, actors”.
Jika tak
ingin keindahan sepakbola rusak atau hancur, mari segera kita serukan regulasi
atau aksi prihatin terhadap Filosofi Sepakbola Banci ala Barcelona. Jika boleh
sedikit berasumsi, saya merasa bahwa filosofi banci ini tak lepas dari
kejeniusan seorang Pep Guardiola.
Ulasan
oleh: Amiruddin Fahmi, Penikmat Sepakbola
ingin tahu lebih banyak aksi diving busquet? cukup ketik di google search "busquets diving" n binggo! anda bisa lihat sendiri kehebatannya
Saya bukan kritikus bola atupun pengamat bola yg baik. Tapi saya kira andalah yang banci karna sirik dengan kesuksesan mereka. Kalau masalah skill barcelona lah yang paling baik dibanding tim-tim lain di eropa. Kalau masalah diving mungkin itu hanya keahlian personal bukan dari sang pelatih. Komentar saya adalah "Blog andalah yg kontroversial".
BalasHapussaya tidak menutup mata atas kehebatan mereka. saya hanya muak dengan aksi diving. itu perbuatan yang tidak menjunjung tinggi FAIRPLAY yang jadi slogan sepakbola dunia.
BalasHapusaksi menjijikkan itu juga menzalimi pihak lain. lebih merugikan dari tackling brutal sekalipun. karena tackling akan berakibat kartu merah buat pelakunya tanpa ada tipu menipu. sedang diving? merusak mental, psikologi, dan keseimbangan lawan. benar-benar filosofi banci yang jenius.
saya tidak menuduh Guardiola, saya hanya berasumsi (kecuali anda tidak mengerti arti asumsi)
dan, andalah yang banci. karena menggunakan nama Anonim. sama seperti Los Cules lainnya. tukang tipu, hobi diving, skill akting, dengan tampang seperti banci.
jadi apa harus bermain macho (brutal) seperti real madrid dengan pepe kebanggaannya ..??, coba tanya pepe apa dia memang mau alih profesi jadi karateka..??, cara anda berasumsi menunjukkan anda idiot..
BalasHapus