Cari Blog Ini

04 April 2012

Filosofi Sepakbola Banci, Kunci Sukses Barcelona Era Guardiola (1)


Sepakbola adalah salah satu olahraga terpopuler di seluruh dunia. Hampir seluruh lapisan masyarakat dunia menggandrungi cabang olahraga yang tidak mengenal status sosial ini. Karena pluralitas sepakbola yang tidak mengenal batas dan melewati segala sekat inilah sepakbola bisa dinikmati, diamati dan diterapkan masyarakat dunia. Unity and respect. Batas agama, ras kesukuan, status sosial, kulit putih dan kulit hitam, bahkan jenis kelamin runtuh di hadapan keagungan sepakbola.

Dalam usianya yang sudah melewati rentang masa yang tidak pendek, sepakbola mengenal beragam filosofi yang mewarnai dan memperindah corak permainan serta memanjakan para penikmat sepakbola. Bukan hal baru jika kita membicarakan filosofi sepakbola. Bahkan sudah ada beberapa buku yang secara spesifik mengulas tentang masalah ini. Salah satu filosofi termasyhur adalah Total Football ala Belanda di era Johan Cruyff. Dia sukses merevolusi gaya bermain yang di eranya hanya menonojolkan kualitas fisik. Di bawah rezim kepemimpinannya, Barca dijadikannya penguasa Spanyol sebanyak empat kali berturut-turut pada 1991 hingga 1994. Prestasi tertingginya adalah ketika Barcelona merengkuh Piala Champions dengan mengalahkan Sampdoria yang kala itu diperkuat duo Italia, Gianluca Vialli dan Roberto Mancini, pada 1992. Tanpa dia, tidak akan ada Pep Guardiola atau Messi di muka bumi. Tanpa dia Xavi, Iniesta, dan David Villa hanyalah pemain-pemain sepakbola yang tidak cukup tinggi untuk bermain di kompetisi sepakbola. Rata-rata, mereka hanya mempunyai tinggi 171 cm (www.oktomagazine.com).

Filosofi inilah yang kini dianut oleh Barcelona saat ini di bawah kepemimpinan Pep Guardiola. Barcelona kini sukses menyabet predikat tim terbaik di dunia. Dalam kurun waktu tiga tahun Pep mengoleksi 11 trofi untuk Los Cules. Terakhir adalah Piala Super Spanyol yang mereka rengkuh tahun lalu. Tapi siapa sangka, di balik kesuksesan tersebut ada satu kunci keberhasilan mereka yang semua orang tahu meski tabu untuk menyebutnya secara eksplisit. Filosofi inilah salah satu kunci sukses mereka selain sepakbola indah menyerang ala Johan Cruyff. Ya. Saya menyebutnya Filosofi Sepakbola Banci. Agak berlebihan memang menyebut gaya para pria jantan dari Catalan yang piawai mengolah kulit bundar dan berhasil memukau dunia dengan sebutan menjijikkan seperti “BANCI”. Tapi apa lacur, gaya bermain merekalah yang membuat mereka pantas menyandang gelar memalukan tersebut.

Gaya bermain Los Cules memang sangat indah. Siapa yang tidak kenal Lionel Messi, Xavi atau Andres Iniesta. Nama mereka bergantian menghiasi daftar nominasi pemain terbaik Dunia. Sebenarnya dengan atau tanpa filosofi banci ini sepertinya mereka memang hebat. Tapi tanpa aksi menjatuhkan diri dan merengek atau berpura-pura sakit ini barangkali mereka tidak semudah ini menaklukkan dunia. Belum lagi jika ditambah dugaan konspirasi antara tim dengan UEFA, otoritas sepakbola tertinggi di Eropa. Sudah puluhan kartu kuning atau  bahkan ratusan yang diperoleh Barca berkat kelihaian mereka mempedaya pengadil lapangan dengan mempraktekkan filosofi ini. Laga-laga besar dan penting adalah fokus utama dalam praktek filosofi memalukan ini. Para lelaki sejati menjatuhkan diri dan merengek-rengek meminta perhatian dan belas kasihan wasit? Menipu diri dan menipu dunia?

Sergio Busquets, Dani Alves, David Villa adalah nama-nama yang terkenal dengan aksi divingnya. Nama yang pertama disebut adalah aktor utama keberhasilan filosofi ini. Satu-satunya nama yang harus disorot lebih. Melalui aksinya, kemenangan-kemenangan penting berhasil diraih Barcelona meski pernah juga aksinya belum mampu berbuah kemenangan untuk timya. Ingatkah anda dengan insiden kartu merah yang diterima Thiago Motta pada laga Inter vs Barcelona di semifinal liga Champions 2009-2010? Jika sudah lupa silahkan tengok rekam ulangnya yang bisa anda dapatkan di situs Youtube. Aksi busquet berhasil membuahkan kartu merah atas Motta meski belum mampu membawa Barcelona ke babak selanjutnya. Terakhir adalah pelanggaran berbuah pinalti dalam laga perempat final liga champions melawan AC. Milan. Hanya dengan sedikit kontak dan tarik kaos, sedikit saja dan Busquets sukses membawa kemenangan bagi Barcelona. Tentunya dengan aksi menjatuhkan diri dan merengek yang indah dipandang mata. Banyak pula bukti yang diajukan para penikmat bola untuk menasbihkan filosofi banci ala Barcelona dalam bentuk video. Dengan mudah bisa anda unduh di situs youtube. Cari saja dengan keywords “Barcelona, cheaters, liers, actors”.

Jika tak ingin keindahan sepakbola rusak atau hancur, mari segera kita serukan regulasi atau aksi prihatin terhadap Filosofi Sepakbola Banci ala Barcelona. Jika boleh sedikit berasumsi, saya merasa bahwa filosofi banci ini tak lepas dari kejeniusan seorang Pep Guardiola.

Ulasan oleh: Amiruddin Fahmi, Penikmat Sepakbola

ingin tahu lebih banyak aksi diving busquet? cukup ketik di google search "busquets diving" n binggo! anda bisa lihat sendiri kehebatannya

3 komentar:

  1. Saya bukan kritikus bola atupun pengamat bola yg baik. Tapi saya kira andalah yang banci karna sirik dengan kesuksesan mereka. Kalau masalah skill barcelona lah yang paling baik dibanding tim-tim lain di eropa. Kalau masalah diving mungkin itu hanya keahlian personal bukan dari sang pelatih. Komentar saya adalah "Blog andalah yg kontroversial".

    BalasHapus
  2. saya tidak menutup mata atas kehebatan mereka. saya hanya muak dengan aksi diving. itu perbuatan yang tidak menjunjung tinggi FAIRPLAY yang jadi slogan sepakbola dunia.

    aksi menjijikkan itu juga menzalimi pihak lain. lebih merugikan dari tackling brutal sekalipun. karena tackling akan berakibat kartu merah buat pelakunya tanpa ada tipu menipu. sedang diving? merusak mental, psikologi, dan keseimbangan lawan. benar-benar filosofi banci yang jenius.

    saya tidak menuduh Guardiola, saya hanya berasumsi (kecuali anda tidak mengerti arti asumsi)

    dan, andalah yang banci. karena menggunakan nama Anonim. sama seperti Los Cules lainnya. tukang tipu, hobi diving, skill akting, dengan tampang seperti banci.

    BalasHapus
  3. jadi apa harus bermain macho (brutal) seperti real madrid dengan pepe kebanggaannya ..??, coba tanya pepe apa dia memang mau alih profesi jadi karateka..??, cara anda berasumsi menunjukkan anda idiot..

    BalasHapus