Cari Blog Ini

18 April 2012

Teknologi Internet, Harus Dijauhi Atau Dihadapi


Seiring dengan perjalanan perkembangan teknologi dunia yang semakin maju di segala lini banyak perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu dampak besar dalam lompatan teknologi (leaf of technology) yang terus melesat adalah dominasi teknologi berbasis informasi yang dikenal dengan Internet. Ya, internet di masa kini sudah menjadi bagian vital kehidupan manusia. Sejak ditemukan pertama kali oleh Departemen Pertahanan Amerika (US America of Defense) pada tahun 1969, internet yang semula hanya bisa diakses terbatas oleh kalangan tertentu sekarang sudah menjadi konsumsi umum dan diakrabi oleh segenap lapisan masyarakat dunia. Jika dulu internet hanya bisa diakses melalui perangkat komputer, maka saat ini cukup satu gadget kecil seukuran genggaman tangan untuk menjelajahi dunia tanpa batas ini. Sektor publik dan swasta juga mendayagunakan internet untuk operasi mereka.

Teknologi selalu berubah tiap detik. “Technology changes every seconds”. Kalimat yang sangat tepat mengartikan perubahan yang terus terjadi saat ini. Mau tak mau, manusia cenderung ingin menyesuaikan diri dengan perubahan jika tak ingin tertinggal. Internet dengan segala resikonya harus dihadapi sebagai bagian dari kehidupan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Anak kecil pun telah diperkenalkan untuk mengikuti arus informasi dan perkembangan dunia baik di sekolah maupun komunitasnya. Demikianlah memang realita yang harus diterima.

Perkembangan internet bolehlah diumpamakan sebagai pisau bermata dua. Diakui banyak kalangan bahwa terdapat kekhawatiran besar bagaimana mengarahkan arus besar penggunaan internet yang sangat rentan dan rawan disalahgunakan. Tidak sedikit pemuda dalam usia potensial (baca: pelajar atau mahasiswa) yang membuang banyak waktunya di depan layar komputer dan ponsel tanpa memanfaatkan informasi positif yang dapat diambil. Sebaliknya, mereka justru menghabiskan hari untuk jelajah chatting online, game online, jejaring sosial, bahkan konten “khusus dewasa” yang haram. Memang benar, peranan penting dimiliki internet sebagai penyalur informasi dan komunikasi. Tetapi kemudahan akses internet benar-benar memberikan masalah baru bagi pemerhati pendidikan, khususnya dalam bidang moral dan etika. Internet berpotensi menjadi dalang utama kehancuran akhlak dan moral.

Fenomena Jejaring Sosial

Sejak diluncurkan pertama kali pada Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg, facebook telah menjelma menjadi hal paling fenomenal dan bagian fundamental dalam kehidupan manusia. Bagaimana tidak, mari kita lihat data resmi yang dipublikasikan media massa. Tahun 2011 Indonesia sempat menjadi Negara terbesar kedua pengguna facebook di dunia setelah Amerika Serikat. Pada 1 Februari 2012, posisi kedua yang sebelumnya dipegang Indonesia telah berubah. Adalah India, negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar kedua di dunia, memiliki 43.497.980 pengguna Facebook. Indonesia yang memiliki jumlah 43.060.360 pengguna Facebook menjadi negara ketiga terbesar di dunia seperti dirilis oleh Inside Facebook. Saling geser antar negara bukan tidak mungkin akan terus berlanjut mengingat dinamika dunia maya dan jumlah pengguna yang terus berkembang.

Satu hal yang patut dicermati dari statistik di atas adalah, facebook benar-benar sudah menjadi bagian hidup masyarakat masa kini terutama pemuda dan pelajar. Facebook beruntung karena tumbuh beriringan dengan perkembangan dunia seluler yang membuat cara terhubung pengguna dengan media menjadi mudah dan sederhana. Angka ini belum diintegrasikan dengan jumlah pengguna situs jejaring sosial lain seperti twitter, mySpace dan banyak microblogging lain yang terus bermunculan.

Banyak sekali ekses yang ditimbulkan oleh ledakan berjejaring sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Di satu sisi, jejaring sosial membuat konektivitas antar pengguna yang terbatas jarak dan waktu seolah terhapus. Berbagi informasi, menjalin silaturrahim, dialog dan diskusi bahkan rapat organisasi pun bisa dikerjakan bersamaan dan mudah melalui media ini. Tidak sedikit pula yang lalu berjodoh dan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Hubungan komunikasi yang dulu serasa tidak mungkin diwujudkan menjadi mudah dan terasa lebih dekat mengenal figur publik. Di sisi lain, potensi negatifnya pun bisa dengan mudah dieksplorasi. Facebook bisa menjadi sarana maksiat yang efektif untuk berhubungan antara lawan jenis. Berawal dari dunia maya berlanjut ke dunia nyata.

Melihat perkembangan internet yang sudah demikian luas dan mudah diakses, agaknya sangat sulit jika bukan mustahil untuk menjauhkan anak sekarang secara mutlak dari internet. Yang mungkin bisa dilakukan adalah pengetatan dan pengawasan pemakaian sesuai fungsi. Barangkali bukan keputusan bijak jika anak sekarang diisolasi sama sekali dari internet. Akan membuatnya tertinggal dari informasi terkini juga pergaulan sosial sesamanya. Memang sepertinya itu adalah tindakan preventif yang kelewat ekstrim. Namun bisa saja itu jadi pilihan jika memang situasi di luar kendali. Semua kembali kepada kesiapan pengguna dalam memahami kegunaan fasilitas ini dengan baik. Jika sama sekali belum siap, solusi terbaik adalah dengan menjauhkannya sama sekali apalagi jika disalahgunakan ke arah akses konten berbau pornografi. Pengawasan aktif mutlak diperlukan sebagai tindak pencegahan. Orangtua, guru dan sekolah harus memberikan bimbingan sesuai kesiapan individu.

Pemerintah merupakan salah satu kunci penting dalam pengendalian jaringan internet. Dengan kekuasaannya pemerintah bertanggung jawab mendidik dan mengawal generasi masyarakat dalam pemanfaatan internet. Beberapa langkah sudah diambil pemerintah selaku pemegang kebijakan. Pasal 27 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE jo pasal 45 ayat 1 UU ITE merupakan beberapa pasal yang mengatur lalu lintas informasi dunia maya. Sebenarnya dalam tindakan antisipatif Indonesia masih kalah berani dari China. China, dengan lebih dari 500 juta pengguna Internet, merupakan pengguna Internet terbesar di dunia. China menetapkan untuk memblokir beberapa Social Networking Sites (SNS) karena ketakutan terhadap stabilitas negara, akibat isu-isu sensitif negara yang diekspos di jejaring sosial. Perusahaan-perusahaan teknologi China kemudian menawarkan teknologi serupa untuk bisa digunakan warga China dan bisa diawasi oleh pemerintah. Positifnya, China juga memblokir konten pornografi dengan penyaringan yang sangat ketat. Keberanian inilah justru tidak dipunyai Indonesia yang notabene adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Amiruddin Fahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar