Cari Blog Ini

29 Juli 2011

GRAFOLOGI, Kepribadianmu Ada di Tulisan Tanganmu!!


Oleh: Abdurrahman Ahmad, S.Psi.

Analisa tulisan tangan telah dipakai sejak 6000 tahun yang lalu di masa Cina kuno. Pengetahuan mereka berpindah ke orang Yunani dan Romawi, dan Kaisar Nero menggunakannya untuk menentukan orang yang bisa ia percaya. Buku pertama tentang analisa tulisan tangan ditulis oleh seorang Itali, Camillo Baldi, pada tahun 1622. Kemudian pada abad ke-19, Jean Michon - orang asal Prancis, memperkenalkan dan mempopulerkan istilah grafologi. Grafologi atau handwriting analysis (analisa tulisan tangan) adalah ilmu untuk mengetahui kualitas dan trait (aspek-aspek) kepribadian seseorang melalui contoh-contoh tulisan tangannya (Encyclopedia of Psychology VI/61). Grafologi sebagai ilmu modern kemudian dikembangkan oleh psikolog Amerika bernama Gordon Allport pada tahun 1930. Tidak diketahui kapan tepatnya ilmu ini masuk ke Indonesia. Namun diperkirakan ilmu ini masuk seiring masuk dan berkembangnya ilmu psikologi ke Indonesia, yakni di tahun 1950-an.

Bagaimana kepribadian tergambar dalam tulisan?
Tulisan tangan terbentuk dari rangsangan kecil dari otak sehingga sering sekali para ahli grafologis menyebut tulisan tangan adalah “tulisan otak.” Saat kita menulis, secara tidak disadari, gerakan tangan kita itu dipengaruhi oleh proses-proses psikis (kejiwaan) yang ada dalam diri kita. Oleh karenanya, logis bila tulisan dapat mencerminkan kepribadian seseorang, kondisi psikis kita seolah keluar dan terekam dalam coretan-coretan tulisan. Karena sifatnya yang demikian, maka tak mustahil jika keadaannya dibalik; tulisan tangan bisa dimanipulasi untuk merubah psikis. Tentu saja, titik beratnya ada pada sejauh mana kita berlatih dalam merubah tulisan tersebut. Grafologi merupakan sebuah ilmu yang empirik, artinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena bisa dibuktikan secara nyata berdasarkan penelitian dan uji statistik.

Kalau orang yang tulisannya jelek, kepribadiannya jelek juga dong?
Dalam psikologi, tidak ada kepribadian baik dan buruk. Setiap orang mempunyai kepribadian yang unik. Pada kepribadian setiap orang, pasti ada kelebihan di satu sisi dan kekurangan di sisi lainnya. Dalam menganalisa, seorang grafolog tidak melihat baik-buruk sebuah tulisan tulisan. Sebuah tulisan akan dilihat arah kemiringan huruf-hurufnya, bentuk umum huruf (melingkar, bersudut, dsb), jarak antar kata, jarak antar baris, arah tulisan, tekanan saat menulis, ukuran huruf, dan lain-lain.

Contoh tulisan Judy Geeson (aktor Inggris): hidupnya penuh gairah, fisik dan mental kuat, mempunyai kemauan kuat, kreatif.

Aplikasi Grafologi

Grafologi seringkali dipakai dalam deteksi kejahatan, kedokteran, rekrutmen pegawai, dan konseling. Dalam deteksi kejahatan, grafologi sangat berguna dalam menilai karakter penulis surat gelap dan surat tuntutan tebusan. Dari tulisan itu akan diketahui sifat-sifat penulis dan cara untuk menghadapinya. Di pengadilan, analisa tulisan sangat bernilai sebagai bukti yang meringankan bagi pembela, pengawas hukuman percobaan, khususnya dalam kasus penyerangan mendadak dan kenakalan remaja (delinkuensi).

Dalam bidang kedokteran, grafologi dapat dipakai untuk menetukan perubahan kesehatan seseorang. Perubahan gaya dan bentuk tulisan sementara berarti perubahan sementara kesehatan atau suasana hati, dan perubahan permanen berarti perubahan permanen dalam kesehatan. Proyek riset grafologi terus dikembangkan pada berbagai penyakit seperti TBC, kanker, dan hepatitis (Fraser White, The Complete Guide to Handwriting Analysis: Key to Graphology).

Dalam bidang rekrutmen dan konseling, grafologi dapat membantu untuk menentukan sebab yang tepat ketika seseorang mengalami penurunan kinerja dan prestasi. Grafologi juga dapat dipakai untuk menganalisa para pelamar: seberapa cocokkah mereka dengan persyaratan kerjanya. Grafologi bisa juga membantu para siswa untuk mengenal lebih jauh bakat dan minat terpendam yang mereka miliki. Contohnya pada saat pemilihan jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Banyak sekali orang tua yang memaksakan anaknya untuk memilih jurusan tertentu hanya karena gengsi orang tua sedangkan anaknya sendiri tidak memiliki minat dan bakat di bidang tersebut. Ini mengakibatkan prestasi yang diraih tidak sebaik bila anak tersebut memilih sendiri jurusan yang ia minati dan hal ini menjadi fenomena yang umum terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar