Cari Blog Ini

01 Desember 2013

“Al-Ghuluw”, Ternyata Islam Tidak Mengajarkan Fanatisme

Orang besar dikenal dan dikenang melalui karyanya. Banyak orang pernah mendengar nama besar Sayyid Muhammad Al-Maliki yang  disebut sebagai Ulama Ahlussunnah Abad Ini. Namun tak banyak yang benar-benar tahu kebesaran dan luasnya ilmu beliau yang bisa dilihat melalui karyanya. Salah satu dari karya besar yang menunjukkan kematangan, kedewasaan dan keluasan anugerah ilmu dan hikmah yang Allah berikan untuk beliau adalah kitab berjudul “ Al-Ghuluw Wa Atsaruhu Fil Irhab Wa Ifsadil Mujtama’”. Sebuah risalah ringkas namun memiliki bobot keilmuan yang luar biasa. Karya tulis ini menunjukkan kematangan beliau dalam berislam dan mengajarkan bagaimana memahami Islam dengan bijak tanpa menampilkan sikap arogan dan egois.

Bermula dari keikutsertaan beliau pada forum diskusi nasional (di Arab Saudi) yang digagas langsung oleh Al-Amir Abdullah bin Abdul Aziz bulan Rajab tahun 1424 H. silam. Forum yang merupakan agenda kenegaraan Arab Saudi ini melibatkan berbagai unsur masyarakat agar ikut andil menyampaikan pendapatnya yaitu para ulama, akademisi pendidikan dan cendekiawan. Sesuai tema yang diusung yaitu “pandangan terhadap sikap fanatik dan moderat” beliau diundang sebagai pembicara dalam kapasitasnya sebagai ulama dan pemikir Islam. Maka dalam konteks inilah beliau sayyid Muhammad kemudian menulis risalah ini.
Sebagaimana dijelaskan dalam pembukaan kitab, beliau menyayangkan keterlambatan ajakan dan kesediaan untuk membuka ruang diskusi yang membahas mengenai praktek fanatisme. Alangkah baiknya jika acara ini diadakan sejak lama seraya mengingatkan bahwa beliau telah mengajak bertukar pikiran dan pandangan 20 tahun sebelumya sebagaimana tertulis dalam kitab beliau yang populer “Mafahim Yajibu An Tushohhah”. Akibatnya, sikap fanatik atau salah memahami ajaran dalam islam telah mengakibatkan lahirnya banyak korban dari pihak kaum muslimin sendiri.

Kitab ini memiliki nama lengkap Al-Ghuluw Wa Atsaruhu Fil Irhab Wal Mujjtama’, artinya “Fanatisme dan dampaknya terhadap teror dan masyarakat”. Versi aslinya diterbitkan oleh penerbitan pribadi Sayyid Muhammad dengan isi 78 halaman. Risalah ini terdiri dari beberapa bagian. Materi utama merupakan makalah yang beliau sajikan sebagai pembicara dalam forum nasional tersebut. Menyusul kemudian tulisan yang merupakan tanggapanuntuk menanggapi pendapat-pendapat tentang “fanatisme” yang beredar dalam forum.

Bagaimana Rasulullah Menyikapi Fanatisme Umatnya

Sebelum berbicara lebih jauh, Sayyid Muhammad membuka risalahnya dengan memberikan definisi dan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan ghuluw atau sikap fanatik yang berarti berlebihan. Ghuluw adalah melebihi batas keseimbangan dan prinsip keadilan yang diperbolehkan dan dianjurkan dalam Islam. Sebagaimana Allah memuji umat Rasulullah dalam alqur’an sebagai umat yang adil (wasath, tengah-tengah) pada surat Al-Baqarah ayat 143.

Dijelaskan dalam kitab ini, bahwa pada dasarnya, laten sikap fanatik atau berlebihan telah mengakar sejak umat terdahulu. Alqur’an telah menyebutkan kesalahan umat Yahudi dan Nasrani dalam berbagai ayat alqur’an seperti pada surat An-Nisa’ ayat 171. Rasulullah sendiri tak urung juga mengingatkan umatnya untuk menjauhi sikap berlebihan dalam beragama. Rasulullah juga mengingatkan umatnya agar belajar dari kesalahan umat sebelumnya (ahlul kitab) yang celaka karena fanatisme berlebihan dalam beragama (HR Ahmad). Sudah umum didapati di masa Rasulullah praktek “transaksi liar” yang dilakukan sebagian ulama Nasrani dan Yahudi. Praktek semacam ini banyak sekali disinggung dalam Al-Qur’an dengan sebutan Jual-Beli Ayat. Praktek tersebut mungkin terjadi disebabkan melalui kejelian mereka menyalahgunakan fanatisme berlebihan dari umatnya sehingga Al-Qur’an menyebut ulama Yahudi dan Nasrani telah menuhankan diri mereka (Al-Ahzab ayat 31) .

Sayyid Muhammad juga menyertakan salah satu contoh yang sangat brilian mengenai praktek sikap fanatik atau berlebihan  yang terjadi pada masa hidup Rasulullah supaya dijadikan contoh untuk umatnya di jaman sekarang. Disebutkan dalam Shahih Bukhari, suatu hari sekelompok lelaki berjumlah tiga orang mendatangi rumah Nabi saw. Mereka datang hendak menanyakan tentang ibadah Nabi Muhammad. Begitu dikabari, mereke terkejut setelah mengetahui bahwa ibadah yang dijalankan Rasulullah ternyata tak sebanyak yang mereka bayangkan. Salah satu dari ketiganya berkata, “aku selalu shalat sepanjang malam setiap hari”. Temannya mengatakan, “aku selalu berpuasa setiap hari tanpa berbuka”. Lelaki ketiga juga berkata, “aku menjauhi wanita dan tidak menikah”. Mereka berpikir bahwa mujahadah, tirakat, atau usaha mereka melawan nafsu benar-benar maksimal dan menganggapnya sebagai sebuah kebaikan. Rasulullah kemudian mendatangi mereka dan berkata, “apakah kalian yang mengatakan telah berbuat begini dan begini? Demi allah, aku adalah orang paling bertaqwa di antara kalian dan paling takut kepada Allah. Meski begitu aku berpuasa lalu berbuka, shalat malam juga beristirahat, dan aku juga menikah. Maka siapa yang membenci jalan (sunnah)ku bukanlah termasuk golonganku (Hadis 5063 Bab tentang Anjuran untuk Menikah).

Dari hadis ini, bisa jadi akan melahirkan sebuah pertanyaan pelik. Apakah hadis ini berarti larangan untuk beribadah dengan sunguh-sungguh? Jawabannya adalah tidak. Bersungguh-sungguh dalam ibadah merupakan perintah anjuran syari’at seperti termaktub dalam Surat Al-Ankabut ayat 69, Al-Ahzab ayat 41 dan 42. Namun perlu digaris bawahi, hadis tersebut menekankan umat Islam agar tidak gila beribadah hingga melalaikan tuntutan kebutuhan hidup lainnya. Keranjingan beribadah hingga mewajibkan hal-hal yang tidak diwajibkan oleh syari’at.  Bagaimanapun, keseimbangan hidup merupakan hal penting yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Inilah salah satu bentuk sikap fanatik yang berlebihan dan dilarang dalam Islam.

Reaksi Rasulullah dalam menanggapi kabar yang dihembuskan tiga orang tersebut memiliki banyak pelajaran. Beliau mengajarkan pada para sahabat untuk tidak mendiamkan sikap semacam itu. Beliau juga bergegas menanganinya sendiri seraya menegurnya. Bahwa meskipun beliau adalah jelas Insan yang paling bertaqwa kepada Allah, bukan berarti lalu menghabiskan seluruh hidupnya dengan beribadah serta melalaikan kebutuhan hidup yang lain. Yang baik adalah menemukan keseimbangan antara segala tuntutan keadaan, memberikan yang terbaik untuk Allah tanpa melalaikan hak tubuh dan segala yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Inilah bentuk keindahan dan kebaikan rahmat yang diberikan Islam tanpa membebani umatnya.

Dari dokumentasi dan catatan yang terekam dalam kitab ini, umat islam dapat belajar banyak dari ilmu dan hikmah yang terangkum di dalamnya. Selain itu, umat Islam juga dapat belajar dari teladan yang diberikan Sayyid Muhammad tentang nilai-nilai yang sepatutnya dicontoh dan dipegang dalam bersikap. Bagaimana berdiskusi yang santun tanpa menjatuhkan. Etika menyampaikan pendapat. Toleransi dan jiwa besar untuk mendengarkan. Kesediaan untuk berkumpul dan saling mengenal antar aliran dalam islam, bahwa perbedaan pendapat bukanlah alasan untuk tidak berkumpul dalam satu forum yang sehat dan bertujuan baik. Ketika membaca kitab ini, pembaca akan disuguhkan keluasan ilmu yang sedang berbicara langsung, seakan keagungan beliau dihadirkan dalam rupa sajian tertulis. Menilik kharisma dan karakter agungnya, tepat sekali bila beliau menyandang gelar Ulama Ahlussunnah Abad Ini. Selamat menikmati. Wallahu a’lam.

amiruddin fahmi
ditulis untuk Majalah Al-Bashiroh, Media Da'wah PP. Darullughah Wadda'wah

Baca Selengkapnya...

Surat Al-Ashr, Merenung Makna Hidup Manusia Dalam Al-Qur’an

Hidup haruslah bermakna dan berguna. Maka bagaimana sebenarnya hidup yang bermakna? Al-qur’an memiliki bahasa sendiri dalam menegaskan pernyataan tentang hidup bermakna. Allah berfirman dalam al-qur’an surat wal-ashri yang artinya “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran serta berbuat sabar” (QS Wal-Ashri 1-3).

Surat Al-Ashr menurut mayoritas ulama turun pada fase sebelum rasulullah hijrah ke Madinah. Ayat yang turun pada fase ini disebut dengan ayat Makkiyyah. Tersusun dari tiga ayat dan merupakan surat terpendek dalam al-qur’an bersama surat al-kautsar.

(wal-ashri) artinya “demi masa”.
Ayat ini merupakan bentuk kalimat qosam atau sumpah. Seperti lazimnya berucap sumpah, ini berarti menegaskan pentingnya pesan yang akan disampaikan setelahnya. Al-ashr secara terjemah bahasa bermakna masa, zaman, atau waktu. Dalam ayat ini terdapat penegasan bahwa masa, zaman, waktu, umur manusia, beberapa makna yang merupakan penafsiran ulama tentang arti ayat ini, merupakan hal agung sebab menjadi objek maqsum bihi (media sumpah).  Sehingga waktu merupakan hal yang harus mendapat perhatian. Rasul saw. bersabda dalam hadis, “ada dua nikmat yang terabaikan oleh banyak manusia, yaitu sehat dan waktu luang” (HR. Al-Baihaqi dari Ibn Abbas) .

(innal insana lafi khusrin) artinya sesungguhnya manusia benar-benar rugi”.
 Ayat ini secara tata bahasa merupakan jawabul qosam. Yaitu isi atau pesan yang dimaksud dari penyebutan sumpah pada ayat sebelumnya. Dalam ayat ini sendiri terdapat dua kalimat penegas atau kalimat taukid. Yang pertama adalah kalimat inna. Yang kedua adalah lam yang disisipkan pada khobar dari kalimat inna. Dalam kitab al-futuhat al-ilahiyyah disebutkan, menurut pendapat yang kuat lafadz (al-insan) dalam ayat ini merujuk pada keseluruhan manusia. Alif lam pada kalimat tersebut memiliki pemaknaan lil jinsi, seluruh jenis manusia, sehingga mencakup muslim dan non muslim. Faktor pendukungnya adalah adanya kalimat pengecualian atau istitsna’ setelahnya yang mengecualikan kategori manusia yang beriman dari kelompok manusia yang merugi. (khusrin) berarti merugi atau berkurang. Al-Akhfasy mengartikannya dengan celaka dan ulama lain mengartikannya dengan keburukan.

Status ayat ini sebagai jawabul qosam memberi kesan tersurat bahwa isi ayat ini adalah berita penting yang harus ditanggapi serius. Pentingnya ayat ini dipertegas dengan tambahan adanya dua kalimat taukid di dalamnya. Frase dalam dua ayat pertama surat ini menggunakan tiga kalimat penegasan, yang menguatkan kesan bahwa manusia akan benar-benar selalu dan terus menerus merugi. Tiga kalimat penegas yang dalam istilah gramatika arab disebut dengan ta’kid adalah bentuk kata sumpah, inna dan lam ta’kid.
“Demi Masa. Sesungguhnya seluruh manusia benar-benar rugi, celaka dan dalam keburukan”

(illalladziina amanu wa amilussholihati wa tawashou bil haqqi wa tawashou bisshobri) artinya “kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat untuk bersabar”.

Kalimat illa dalam ayat ini memiliki makna perkecualian dan merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya. Pada ayat sebelumya telah ditegaskan bahwa seluruh manusia benar-benar merugi, celaka dan dalam keburukan. Pesan ini dilanjutkan dengan menyebutkan golongan manusia yang selamat dari kerugian serta keburukan. Al-Qur’an menyampaikan substansi pesan ini dengan model kalimat pengecualian.

(Wa tawashou) pada ayat ini adalah bentuk fi’il madhi, bukan fi’il amr. Maknanya menjadi berita (kalimat ikhbar) bukan dalih untuk perintah. Kalimat ini merupakan kelanjutan keterangan tentang empat karakter manusia yang tidak merugikan waktunya.(as-shabr) secara alih bahasa berarti sabar. Makna sabar sebenarnya sudah termasuk dalam makna kalimat (al-haqq). Sabar adalah bagian dari makna al-haqq.. Meski begitu Allah mengulangnya kembali mengingat pentingnya kedudukan sabar dalam kehidupan. Sabar adalah menahan diri dan kerelaan menerima. Sabar berbeda dengan malas. Sabar bukan berarti tidak berusaha. Sabar adalah kesediaan menerima hasil yang didapat setelah berusaha dan menahan diri dari malas dengan terus berusaha.

Ayat ini mencakup dua dimensi untuk menggapai makna hidup. Dimensi pertama berfokus pada bagaimana membentuk nilai dan karakter dalam diri. Yaitu dengan menjadi pribadi yang beriman dan beramal baik. Iman adalah sikap hati. Keyakinan. Keyakinan ini yang kemudian menuntun, menjaga dan membimbing manusia untuk terus berada dalam kebaikan. Bermal shalih dan berbuat baik adalah implikasi dari hati yang beriman. Serta ingatlah, iman yang benar dan menenteramkan didapat dan berdasar pada pengetahuan yang benar.

Dimensi kedua berfokus pada bagaimana prinsip manusia dalam bersosialisasi dengan orang lain. (wa tawashou) bukan dalih untuk kemauan mengingatkan saja. Legitimasi untuk berbicara dan berbicara. Lebih penting dari itu, artinya adalah mau menerima nasehat. Kesediaan mendengarkan lawan bicara. Kesediaan menerima kebenaran dari orang lain. (wa tawashou) adalah  tentang berani menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Selain itu juga berani menerima kebenaran dari orang lain. Jika empat karakter ini dimiliki seluruh manusia, masyarakat yang terbentuk sangatlah baik dan kehidupan akan berjalan harmonis.

Terdapat empat kategori karakter disebutkan dalam ayat ketiga ini. Beriman, beramal shalih, kesediaan mengingatkan dan diingatkan pada kebenara, dan kesediaan mengingatkan dan diingatkan untuk bersabar.

Mencari Makna Hidup

Di tengah tidak menentunya arus kehidupan, laju modernisasi tak terkendali, budaya tanpa identitas, liarnya pergaulan bebas, kemajuan teknologi dan informasi melebihi batas kendali manusia, pertanyaan tentang tujuan hidup semakin penting dalammendefinisikan diri serta menentukan proyeksi masa depan. Fenomena maraknya pelanggaran aturan yang menghiasi layar kaca bisa jadi merupakan ekses dari hilangnya prinsip dan nilai diri. Manusia bingung menggapai makna eksistensi hingga menghalalkan segala cara mewujudkan mimpi menjadi “sukses”. Sukses yang tidak jelas makna dan tujuannya. Banyak yang tertipu penampilan dan kemasan yang disuguhkan dunia dan melalaikan fitrah hidup manusia.

Apakah gejala kaburnya makna hidup baru muncul di era modern ini saja? Tentu tidak. Fenomena ini telah mengakar lama sepanjang umur manusia itu sendiri. Jika saat ini mobil, rumah mewah, dan wanita cantik yang jadi penegas eksistensi, jaman dahulu bisa lebih liar lagi. Lambang kemewahan dunia berbentuk budak, selir, perhiasan, emas dansutera. Lalu Rasulullah saw. datang dengan Islam menyelamatkan manusia dari kesesatan dan keburukan era jahiliyyah. Islam datang menghapus kepongahan Romawi dan kesombongan Persia sebagai dua adidaya dunia masa itu. (Baca Al-Qur’an Surat Al-Humazah)

Betapa wal-ashri, surat singkat yang barangkali biasa berlalu lalang di lisan seorang mu’min ketika sholat memiliki makna begitu dalam. Empat pilar yang harus menjadi jalan pengabdian hidup manusia. Bagaimana menegaskan eksistensi hidup dengan menjadi pribadi yang beriman, beramal shalih, memiliki kualitas yang sanggup menyampaikan dan menerima nasehat kebenaran, serta untuk selalu bersabar. Empat hal ini menuntun manusia menjalani hidup yang baik untuk Sang Pencipta dan untuk sesamanya. Menunjukkan prinsip pokok bagaimana seharusnya memanfaatkan waktu. Agar umur yang telah Allah berikan tidak berlalu tanpa makna. Tanpa memiliki empat hal ini manusia telah benar-benar merugikan umurnya. Inilah Al-Qur’an, Kalamullah, yang mengantar umat manusia keluar dari era keburukan Jahiliyyah sepanjang masa. Semoga kebaikan Al-Qur’an senantiasa tersampaikan untuk menuntun dan menerangi hidup manusia hingga hari ditiupnya sangkakala.

Daftar rujukan:
Tafsir Al-jalalain
Hasyiyah As-Showi
Tafsir Ar-Rozi
Al-futuhat Al-ilahiyyah
Syu’abul Iman Lil Baihaqi
Al-Muhith Fil Lughah

amiruddin fahmi
ditulis untuk Majalah Al-Bashiroh, Media Da'wah PP. Darullughah Wadda'wah

Baca Selengkapnya...

24 Oktober 2012

Tips Agar Kabel Motor dan Mobil Tidak Dimakan Tikus



Sobat Blogger yang baik hati dan suka berbagi. Kali ini ingin berbagi pengalaman merawat kendaraan kesayangan berikut tips mengatasinya, yaitu problem kabel sepeda motor yang dimakan tikus. Suatu hari, lampu belakang sepeda motor rusak dan tidak menyala. Terpaksa segera memperbaiki kerusakan ini mengingat pentingnya fungsi lampu belakang/rem dalam berkendara khususnya di malam hari. Juga untuk menghindari ‘sempritan’ pak polisi. Hehehe.

Setelah datang kesempatan mencuri waktu ke bengkel, tibalah kesempatan pergi ke bengkel kesayangan langganan. Sepeda motor lalu dibongkar untuk melihat gangguan apa yang terjadi. Karena meski lampu sudah diganti baru ternyata masih juga belum menyala, maka diputuskan membongkar bodi motor untuk memeriksa kerusakan lebih lanjut. periksa dan periksa, ditemukanlah masalah utamanya ternyata : kabel yang dimakan hewan pengerat atau tikus. Kabel rusak pun diperbaiki. Bersama dengan itu, ditemukan masalah yang serupa di beberapa kabel sambungan yang lain, dalam kondisi hampir putus dimakan tikus. Cak Hasan, nama tukang servis langganan, pun menyarankan untuk membeli kapur barus guna menghindari kabel dimakan tikus lagi. Seketika itu juga berangkat membeli kapur barus. Agar tidak jatuh dari bodi motor, Kapur barus lalu dibungkus plastic dan diikatkan pada beberapa area kabel rawan tikus.

                Tips yang disarankan Cak Hasan ternyata cukup efektif menangkal gangguan tikus. Hingga saat ini, sepeda motor pun jadi aman dari gigitan tikus yang  biasa mangkal di tempat parkir langganan dan tidak terganggu lagi oleh masalah yang sama. Cak Hasan juga bercerita bahwa trik ini efektif pula pada mobil yang kerap jadi sasaran iseng ulah tikus. Serupa dengan kejadian yang ia alami sendiri pada mobilnya. Mobil dan motor kini aman dari gigitan tikus dan pengerat lainnya. Somoga bermanfaat. Salam Blogger.

Mari menciptakan budaya dan tradisi berbagi melalui Dunia Maya.


Baca Selengkapnya...

31 Mei 2012

Prof. Dr. Mohammad Baharun: DPR Gila Jika Melegalkan Perkawinan Sejenis



Legalitas perkawinan sejenis telah menjadi agenda jangka panjang LSM yang concern terhadap eksistensi mereka termasuk Komnas Perempuan. Gerakan mereka sudah cukup mengkhawatirkan sehingga memaksa Menteri agama, Suryadharma Ali, melontarkan statement kekhawatiran tentang ancaman dari mereka. Opini yang dilemparkan Suryadharma Ali patut mendapat perhatian serius umat Islam jika tidak ingin potensi legalisasi perkawinan sejenis menjadi nyata di Indonesia. Berikut ini wawancara Amiruddin Fahmi dari majalah El-Bashiroh dengan Prof. Dr. Muhammad Baharun, Rektor Universitas Nasional PASIM Bandung yang juga Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di sela kunjungannya ke Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah 25 April 2012 kemarin.

Legalitas perkawinan sejenis di Indonesia saat ini sedang jadi wacana yang mengemuka. Benarkah hal itu?

Jangankan Islam, agama Katolik, Kristen nggak bisa membenarkan perkawinan sejenis. Kalau itu dilaksanakan maka tunggu azab Allah. Karena apa? Ini sudah merusak sistemnya Allah bahwa perempuan itu untuk lelaki dan lelaki untuk perempuan. “Hunna libasun lakum wa antum libasun lahum”. Kalau sudah begini (akan) merusak sunnatullah dan merusak apa yang didesain oleh Allah.  Saya satu bulan yang lalu ke Eropa. Teman saya itu satu rombongan dari Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional) Indonesia bilang begini sama saya, “Muhammad Baharun, saya ndak melihat ada orang Eropa ini, di Brussel waktu itu- rata-rata baik di Brussel maupun daerah lainnya itu tidak melihat ada bayi”. Terus saya bilang, “nah, itu bayi!”. Lha itu bayi apa? Dilihat (ternyata) China bukan Eropa. China bawa bayinya, Jepang bawa bayinya, orang Korea yang tinggal di sini bawa bayinya, orang kulit hitam, Afrika, ada orang Arab lagi, datang bawa anaknya. Seluruh Eropa malah tidak. Jadi apa? Nggak ada perkawinan di sana. Lembaga perkawinan nggak ada. Ini sepuluh dua puluh tahun lagi habis orang Eropa. Menyusut. Kalau bangsa-bangsa lain bertambah, China bertambah sampai satu milyar, Eropa bakal habis. Karena ini, (perkawinan) sejenis. Perempuan nggak ingin kawin, dia ketemu sesama perempuannya, untuk hidup sesama jenisnya. Walaupun tidak dibuat undang-undangnya. Mereka itu sudah mempraktekkan itu.

Menteri Agama, Suryadharma Ali, ketika di Bandung menyampaikan statement berisi kekhawatiran terhadap legalitas perkawinan sejenis yang sedang diperjuangkan LSM pendukung mereka. Apakah benar gerakannya sudah seserius itu?

Nggak. Nggak akan jalan. Itu gila itu. Kalau DPR menyetujui itu, sudah, saya nggak tahu apa yang dilegalkan oleh benaknya orang-orang DPR itu. Ini sudah jelas pelanggaran etika, pelanggaran agama, budaya, segala macam.

Kalau di negara lain seperti Amerika Serikat, Belanda, Kanada, Thailand, perjuangan mereka berhasil. Undang-undang mereka disahkan dan diakui sebagai undang-undang negara.

Ya mereka (negara yang tersebut di atas) tidak beragama. Indonesia beragama. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalau di Amerika sudah meng-golkan itu sudah wajar karena negara itu tidak berlandaskan agama. Kalau di Indonesia ini berlandaskan agama. Karena apa? Sila pertama itu Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang-undang dasar kita itu “Berkat Rahmat Allah”. Lha mau dikemanakan ini? Setiap undang-undang itu selalu menyebut “Berkat Rahmat Allah”. Atas nama Tuhan yang dibawa itu. Sekarang atas nama tuhan apa mungkin pasal-pasal yang di dalam undang-undang itu berlawanan dengan hukum tuhan. Kan nggak mungkin itu.
Jadi memang kita tidak mengingkari di DPR itu banyak LSM-LSM yang dibiayai oleh Barat untuk merusak Indonesia ini. Yang di belakangnya itu pasti zionisme internasional yang tidak menginginkan hukum Islam syariat Islam berlaku di sini. Dilemahkan melalui banyaknya undang-undang yang berbau sekuler. Jadi umat Islam, wakil-wakil umat Islam itu harus bicara.

Berarti, kemungkinan untuk itu (legalitas perkawinan sejenis) nihil di Indonesia?

Usulan-usulan yang secara sporadis kan ada dari mereka itu. ‘Kan sudah mulai ditunjukkan  oleh mereka itu bahwa harus diberi kesempatan orang untuk hal-hal itu dengan alasan Hak Asasi Manusia. Jadi apakah agama itu tidak mengatur hak-hak manusia? ‘Kan mengatur juga. Mengapa harus lewat mereka? Mereka itu berbicara tentang hak asasi manusia kan tidak atas nama agama. Yang harus mereka hormati itu bahwa Indonesia adalah negara beragama. Semua berlandaskan agama. Karena sila pertama itu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan mayoritas penduduk itu umat Islam. Jadi harus mendengar suara mayoritas ini. Sebagai representasi dari suara rakyat. Katanya demokrasi, demokrasi itu kan representasi dari suara mayoritas. Mayoritas umat Islam itu orang  beragama. Orang beragama Islam itu menolak sistem seperti itu.

Argumen yang mereka sampaikan, mereka juga menuntut hak sebagaimana pasangan normal lainnya. Mereka tidak mau didiskriminasi.

Tidak boleh seperti itu. Ini penyimpangan. Penyimpangan itu tidak boleh diatur oleh undang-undang. Penyimpangan itu kalau diatur oleh undang-undang, nanti ada anak ga mau kawin sama laki, maunya sama perempuan dan didukung perundang-undangan, kan repot.

Bagaimana sikap MUI sendiri sebagai representasi ulama di dalam pemerintahan menyikapi masalah ini?

Tentu saja kami tegas menolak wacana ini. Hanya saja belum ada RUU di DPR. Dan seluruh komunitas muslim harus tegas menyatakan sikap. Seperti kasus KKG (Kesetaraan dan Keadilan Gender) yang terjadi sekarang ini (rancangan undang-undang ini sekarang sedang dibahas di DPR; red). Kami di DPR secara tegas menolak RUU ini, seluruhnya. Seluruh pasal dalam undang-undang ini kami tolak seluruhnya. Karena substansinya terjadi penyimpangan. Penyimpangan kok didukung. Kebetulan komisi hukum komisi saya. Saya buka ini. Kemarin kami sudah mengutus Neng Zubaidah (Dr. Neng Zubaidah SH. MH, anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat) untuk bicara di Metro TV. Artinya, MUI secara tegas akan menolak jika suatu saat isu ini menjadi RUU. Ya, jelas itu.
Baca Selengkapnya...

Digoyang Isu Legalitas Perkawinan Sejenis



25 April 2012, Menteri Agama, Suryadharma Ali melemparkan opini kepada media massa pada satu kesempatan di Kota Bandung. Dia mengkhawatirkan adanya usaha sekelompok minoritas yang ingin melegalkan pernikahan sesama jenis. Dengan mengatasnamakan Hak Asasi Manusia, kelompok ini mengusung misi mengesahkan hubungan sesama jenis dan mengangkat status relasi mereka menjadi sah di mata hukum setara dengan hubungan suami-istri. Beberapa kalangan mempertanyakan topik yang dilempar Menteri Agama dengan alasan keberadaan kaum homoseksual tidak seberapa besar dan berbahaya. Benarkah analisa tersebut?

Pernikahan sejenis adalah pernikahan secara hukum atau sosial yang diakui antara dua orang dari jenis kelamin biologis yang sama. Masalah ini sebenarnya bukan hal baru dalam perjalana hidup manusia. Siapa rakyat Indonesia yang tidak pernah mendengar nama Ryan? Jika masih lupa, ingatkah anda dengan pelaku pembunuhan sadis yang menghebohkan Indonesia pada tahun 2007 dengan pelaku yang berasal dari Jombang? Ya, Ryan Jombang adalah nama pembunuh berdarah dingin yang tega menghabisi 14 nyawa sekaligus sendirian. Ryan memang bukan orang biasa. Dia adalah salah satu simbol eksistensi kaum penyuka sesama jenis di Indonesia. Baru-baru ini kasus serupa Ryan pun kembali mencuat. Motif dan modusnya pun mirip. Gay yang membantai belasan nyawa hanya karena cemburu kepada pasangan sesama jenisnya. Dua kasus skala nasional ini menyadarkan kita bahwa meski lebih banyak beraksi di “bawah tanah”, eksistensi kaum penyuka sesama jenis ini bukan sekedar bayangan. Mereka benar-benar nyata.

Isu Berskala Global

Beberapa negara telah mengesahkan undang-undang perkawinan sesama jenis dan mengakuinya di mata hukum sebagai hubungan keluarga. Secara sosial penerimaan terhadap mereka menjadi terbantu dengan adanya undang-undang ini. Dari hasil penelusuran pada Wikipedia dan sumber berita terpercaya lainnya, tercatat lebih dari sepuluh negara dunia dan wilayah yuridiksi meresmikan secara hukum pernikahan sejenis. Pengakuan ini berimplikasi pada pemenuhan hak sipil, sosial, moral, isu agama, dan hak politik. Meski sebenarnya masih banyak pertentangan dari berbagai elemen masyarakat dan masalah yang timbul akibat hubungan “pernikahan” aneh ini. Bisa dibayangkan keganjilan situasi rumah tangga tanpa kehadiran sepasang suami-istri yang saling melengkapi, digantikan oleh pasangan sesama jenis.

Negara pertama yang sering disebut surga kaum homo adalah Belanda. Negara ini seringkali menjadi pelarian penyuka sesama jenis untuk melegalkan pernikahan di mata hukum. Meski sesama jenis, tentu saja pasangan ini menginginkan hubungan sakral sebagaimana pasangan normal lain dan itu bisa didapatkan di negeri kincir angin. Warga negara Indonesia tidak luput ambil bagian dalam aksi ini. Tahun 2004 pasangan sesama lelaki dari Solo sempat mendapat sorotan publik nasional terkait ulahnya menikah di Lausden, Belanda.

Sejarah legalitas homoseks bermula di negeri ini. Berawal dari empat pasangan homoseksual berhasil menorehkan sejarah di Amsterdam. 1 April 2001, mereka bersama-sama menjalani prosesi pernikahan sejenis pertama di dunia. Berikutnya, data yang dirilis otoritas Belanda sejak 1 April 2001 sampai 1 Januari 2011 terjadi 14.813 pernikahan homo di Belanda. Rinciannya, 7522 pasangan lesbian dan 7.291 pasangan gay. Sementara 1.078 perceraian homo terjadi.


Atas nama hak asasi manusia, semakin banyak negara di dunia yang turut melegalkan pernikahan sejenis. Inggris mengikuti jejak beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS), untuk melegalkan pernikahan sejenis. Pemerintah Inggris bakal mengganti beberapa kata dalam janji pernikahan agar bersifat netral. Salah satunya mengganti kata 'suami' dan 'istri' menjadi 'pasangan' dan 'partner'.

Seperti dilansir ZeeNews.India, Sabtu (17/3/2012), pasangan sesama jenis di Inggris akan berhak menikah di kantor catatan sipil, atau mengonversi kemitraan di kantor sipil. Beberapa departemen pemerintah dan perusahaan, harus mengubah bentuk resmi mereka untuk istilah yang lebih netral.

Perubahan konstitusi ini juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Inggris bakal membuat anggaran sendiri dalam menghilangkan istilah dari sistem komputer. Mengubah undang-undang untuk mengizinkan pasangan sesama jenis menikah, bakal menambah biaya untuk departemen pemerintah tertentu, dan lembaga pemerintah daerah. Perubahan itu perlu dilakukan untuk sistem IT, dan proses untuk menghapus referensi pernikahan antara seorang pria dan wanita.

Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, Afrika Selatan, Norwegia, Swedia, Portugal, Islandia dan Argentina adalah beberapa negara yang telah mengesahkan undang-undang pernikahan sesama jenis. Tren memperjuangkan legalitas pernikahan sejenis juga sedang menjangkiti banyak negara dunia sebagaimana terjadi di Indonesia.

Sejak Kaum Sodom

Secara fitrah, manusia sejak awal diciptakan telah dilahirkan berpasangan. Hal ini telah disebutkan jelas dalam ayat Al-Qur’an “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS: Yaasiin ayat 36). Hubungan antar pasangan telah menjadi kebutuhan biologis manusia baik untuk kelangsungan eksistensi spesies manusia sebagai makhluk hidup juga saling melengkapi dengan kepribadian unik antara lelaki dan perempuan. Begitulah adanya hikmah penciptaan Allah yang Maha Sempurna.

Penyimpangan orientasi seksual bukan hal baru dalam perjalanan hidup manusia. Al-Qur’an beberapa kali mengabadikan peristiwa ini di antaranya dalam surat Hud Ayat 82. Bahkan, salah satu adzab Allah paling dahsyat yang dikisahkan dalam Al-Quran adalah tentang pemusnahan kaum Nabi Luth. Mereka diadzab Allah karena melakukan praktek homoseksual.

Situs resmi intelektual muslim ternama dari Turki, harunyahya.com melaporkan penelitian arkeologis menyimpulkan, kota Sodom semula berada di tepi Laut Mati (Danau Luth) yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania. Dengan sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota tersebut Allah runtuhkan, lalu jungkir-balik masuk ke dalam Laut Mati.

Teori ilmiah kontemporer di Universitas Cambridge menjelaskan, bencana itu dapat terjadi karena daerah Lembah Siddim, yang di dalamnya terdapat kota Sodom dan Gomorah, merupakan daerah patahan atau titik bertemunya dua lempengan kerak bumi yang bergerak berlawanan arah. Patahan itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, hingga berakhir di Afrika. Penemuan arkeologis dan percobaan ilmiah ini mengungkap satu kenyataan penting, bahwa kaum Luth yang disebutkan Al-Quran memang pernah hidup di masa lalu, kemudian mereka punah diazab Allah akibat kebejatan moral mereka. Semua bukti terjadinya bencana itu kini telah terungkap dan sesuai benar dengan pemaparan Al Qur’an



Baca Selengkapnya...

18 April 2012

Teknologi Internet, Harus Dijauhi Atau Dihadapi


Seiring dengan perjalanan perkembangan teknologi dunia yang semakin maju di segala lini banyak perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu dampak besar dalam lompatan teknologi (leaf of technology) yang terus melesat adalah dominasi teknologi berbasis informasi yang dikenal dengan Internet. Ya, internet di masa kini sudah menjadi bagian vital kehidupan manusia. Sejak ditemukan pertama kali oleh Departemen Pertahanan Amerika (US America of Defense) pada tahun 1969, internet yang semula hanya bisa diakses terbatas oleh kalangan tertentu sekarang sudah menjadi konsumsi umum dan diakrabi oleh segenap lapisan masyarakat dunia. Jika dulu internet hanya bisa diakses melalui perangkat komputer, maka saat ini cukup satu gadget kecil seukuran genggaman tangan untuk menjelajahi dunia tanpa batas ini. Sektor publik dan swasta juga mendayagunakan internet untuk operasi mereka.

Teknologi selalu berubah tiap detik. “Technology changes every seconds”. Kalimat yang sangat tepat mengartikan perubahan yang terus terjadi saat ini. Mau tak mau, manusia cenderung ingin menyesuaikan diri dengan perubahan jika tak ingin tertinggal. Internet dengan segala resikonya harus dihadapi sebagai bagian dari kehidupan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Anak kecil pun telah diperkenalkan untuk mengikuti arus informasi dan perkembangan dunia baik di sekolah maupun komunitasnya. Demikianlah memang realita yang harus diterima.

Perkembangan internet bolehlah diumpamakan sebagai pisau bermata dua. Diakui banyak kalangan bahwa terdapat kekhawatiran besar bagaimana mengarahkan arus besar penggunaan internet yang sangat rentan dan rawan disalahgunakan. Tidak sedikit pemuda dalam usia potensial (baca: pelajar atau mahasiswa) yang membuang banyak waktunya di depan layar komputer dan ponsel tanpa memanfaatkan informasi positif yang dapat diambil. Sebaliknya, mereka justru menghabiskan hari untuk jelajah chatting online, game online, jejaring sosial, bahkan konten “khusus dewasa” yang haram. Memang benar, peranan penting dimiliki internet sebagai penyalur informasi dan komunikasi. Tetapi kemudahan akses internet benar-benar memberikan masalah baru bagi pemerhati pendidikan, khususnya dalam bidang moral dan etika. Internet berpotensi menjadi dalang utama kehancuran akhlak dan moral.

Fenomena Jejaring Sosial

Sejak diluncurkan pertama kali pada Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg, facebook telah menjelma menjadi hal paling fenomenal dan bagian fundamental dalam kehidupan manusia. Bagaimana tidak, mari kita lihat data resmi yang dipublikasikan media massa. Tahun 2011 Indonesia sempat menjadi Negara terbesar kedua pengguna facebook di dunia setelah Amerika Serikat. Pada 1 Februari 2012, posisi kedua yang sebelumnya dipegang Indonesia telah berubah. Adalah India, negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar kedua di dunia, memiliki 43.497.980 pengguna Facebook. Indonesia yang memiliki jumlah 43.060.360 pengguna Facebook menjadi negara ketiga terbesar di dunia seperti dirilis oleh Inside Facebook. Saling geser antar negara bukan tidak mungkin akan terus berlanjut mengingat dinamika dunia maya dan jumlah pengguna yang terus berkembang.

Satu hal yang patut dicermati dari statistik di atas adalah, facebook benar-benar sudah menjadi bagian hidup masyarakat masa kini terutama pemuda dan pelajar. Facebook beruntung karena tumbuh beriringan dengan perkembangan dunia seluler yang membuat cara terhubung pengguna dengan media menjadi mudah dan sederhana. Angka ini belum diintegrasikan dengan jumlah pengguna situs jejaring sosial lain seperti twitter, mySpace dan banyak microblogging lain yang terus bermunculan.

Banyak sekali ekses yang ditimbulkan oleh ledakan berjejaring sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Di satu sisi, jejaring sosial membuat konektivitas antar pengguna yang terbatas jarak dan waktu seolah terhapus. Berbagi informasi, menjalin silaturrahim, dialog dan diskusi bahkan rapat organisasi pun bisa dikerjakan bersamaan dan mudah melalui media ini. Tidak sedikit pula yang lalu berjodoh dan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Hubungan komunikasi yang dulu serasa tidak mungkin diwujudkan menjadi mudah dan terasa lebih dekat mengenal figur publik. Di sisi lain, potensi negatifnya pun bisa dengan mudah dieksplorasi. Facebook bisa menjadi sarana maksiat yang efektif untuk berhubungan antara lawan jenis. Berawal dari dunia maya berlanjut ke dunia nyata.

Melihat perkembangan internet yang sudah demikian luas dan mudah diakses, agaknya sangat sulit jika bukan mustahil untuk menjauhkan anak sekarang secara mutlak dari internet. Yang mungkin bisa dilakukan adalah pengetatan dan pengawasan pemakaian sesuai fungsi. Barangkali bukan keputusan bijak jika anak sekarang diisolasi sama sekali dari internet. Akan membuatnya tertinggal dari informasi terkini juga pergaulan sosial sesamanya. Memang sepertinya itu adalah tindakan preventif yang kelewat ekstrim. Namun bisa saja itu jadi pilihan jika memang situasi di luar kendali. Semua kembali kepada kesiapan pengguna dalam memahami kegunaan fasilitas ini dengan baik. Jika sama sekali belum siap, solusi terbaik adalah dengan menjauhkannya sama sekali apalagi jika disalahgunakan ke arah akses konten berbau pornografi. Pengawasan aktif mutlak diperlukan sebagai tindak pencegahan. Orangtua, guru dan sekolah harus memberikan bimbingan sesuai kesiapan individu.

Pemerintah merupakan salah satu kunci penting dalam pengendalian jaringan internet. Dengan kekuasaannya pemerintah bertanggung jawab mendidik dan mengawal generasi masyarakat dalam pemanfaatan internet. Beberapa langkah sudah diambil pemerintah selaku pemegang kebijakan. Pasal 27 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE jo pasal 45 ayat 1 UU ITE merupakan beberapa pasal yang mengatur lalu lintas informasi dunia maya. Sebenarnya dalam tindakan antisipatif Indonesia masih kalah berani dari China. China, dengan lebih dari 500 juta pengguna Internet, merupakan pengguna Internet terbesar di dunia. China menetapkan untuk memblokir beberapa Social Networking Sites (SNS) karena ketakutan terhadap stabilitas negara, akibat isu-isu sensitif negara yang diekspos di jejaring sosial. Perusahaan-perusahaan teknologi China kemudian menawarkan teknologi serupa untuk bisa digunakan warga China dan bisa diawasi oleh pemerintah. Positifnya, China juga memblokir konten pornografi dengan penyaringan yang sangat ketat. Keberanian inilah justru tidak dipunyai Indonesia yang notabene adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Amiruddin Fahmi
Baca Selengkapnya...

04 April 2012

Filosofi Sepakbola Banci, Kunci Sukses Barcelona Era Guardiola (1)


Sepakbola adalah salah satu olahraga terpopuler di seluruh dunia. Hampir seluruh lapisan masyarakat dunia menggandrungi cabang olahraga yang tidak mengenal status sosial ini. Karena pluralitas sepakbola yang tidak mengenal batas dan melewati segala sekat inilah sepakbola bisa dinikmati, diamati dan diterapkan masyarakat dunia. Unity and respect. Batas agama, ras kesukuan, status sosial, kulit putih dan kulit hitam, bahkan jenis kelamin runtuh di hadapan keagungan sepakbola.

Dalam usianya yang sudah melewati rentang masa yang tidak pendek, sepakbola mengenal beragam filosofi yang mewarnai dan memperindah corak permainan serta memanjakan para penikmat sepakbola. Bukan hal baru jika kita membicarakan filosofi sepakbola. Bahkan sudah ada beberapa buku yang secara spesifik mengulas tentang masalah ini. Salah satu filosofi termasyhur adalah Total Football ala Belanda di era Johan Cruyff. Dia sukses merevolusi gaya bermain yang di eranya hanya menonojolkan kualitas fisik. Di bawah rezim kepemimpinannya, Barca dijadikannya penguasa Spanyol sebanyak empat kali berturut-turut pada 1991 hingga 1994. Prestasi tertingginya adalah ketika Barcelona merengkuh Piala Champions dengan mengalahkan Sampdoria yang kala itu diperkuat duo Italia, Gianluca Vialli dan Roberto Mancini, pada 1992. Tanpa dia, tidak akan ada Pep Guardiola atau Messi di muka bumi. Tanpa dia Xavi, Iniesta, dan David Villa hanyalah pemain-pemain sepakbola yang tidak cukup tinggi untuk bermain di kompetisi sepakbola. Rata-rata, mereka hanya mempunyai tinggi 171 cm (www.oktomagazine.com).

Filosofi inilah yang kini dianut oleh Barcelona saat ini di bawah kepemimpinan Pep Guardiola. Barcelona kini sukses menyabet predikat tim terbaik di dunia. Dalam kurun waktu tiga tahun Pep mengoleksi 11 trofi untuk Los Cules. Terakhir adalah Piala Super Spanyol yang mereka rengkuh tahun lalu. Tapi siapa sangka, di balik kesuksesan tersebut ada satu kunci keberhasilan mereka yang semua orang tahu meski tabu untuk menyebutnya secara eksplisit. Filosofi inilah salah satu kunci sukses mereka selain sepakbola indah menyerang ala Johan Cruyff. Ya. Saya menyebutnya Filosofi Sepakbola Banci. Agak berlebihan memang menyebut gaya para pria jantan dari Catalan yang piawai mengolah kulit bundar dan berhasil memukau dunia dengan sebutan menjijikkan seperti “BANCI”. Tapi apa lacur, gaya bermain merekalah yang membuat mereka pantas menyandang gelar memalukan tersebut.

Gaya bermain Los Cules memang sangat indah. Siapa yang tidak kenal Lionel Messi, Xavi atau Andres Iniesta. Nama mereka bergantian menghiasi daftar nominasi pemain terbaik Dunia. Sebenarnya dengan atau tanpa filosofi banci ini sepertinya mereka memang hebat. Tapi tanpa aksi menjatuhkan diri dan merengek atau berpura-pura sakit ini barangkali mereka tidak semudah ini menaklukkan dunia. Belum lagi jika ditambah dugaan konspirasi antara tim dengan UEFA, otoritas sepakbola tertinggi di Eropa. Sudah puluhan kartu kuning atau  bahkan ratusan yang diperoleh Barca berkat kelihaian mereka mempedaya pengadil lapangan dengan mempraktekkan filosofi ini. Laga-laga besar dan penting adalah fokus utama dalam praktek filosofi memalukan ini. Para lelaki sejati menjatuhkan diri dan merengek-rengek meminta perhatian dan belas kasihan wasit? Menipu diri dan menipu dunia?

Sergio Busquets, Dani Alves, David Villa adalah nama-nama yang terkenal dengan aksi divingnya. Nama yang pertama disebut adalah aktor utama keberhasilan filosofi ini. Satu-satunya nama yang harus disorot lebih. Melalui aksinya, kemenangan-kemenangan penting berhasil diraih Barcelona meski pernah juga aksinya belum mampu berbuah kemenangan untuk timya. Ingatkah anda dengan insiden kartu merah yang diterima Thiago Motta pada laga Inter vs Barcelona di semifinal liga Champions 2009-2010? Jika sudah lupa silahkan tengok rekam ulangnya yang bisa anda dapatkan di situs Youtube. Aksi busquet berhasil membuahkan kartu merah atas Motta meski belum mampu membawa Barcelona ke babak selanjutnya. Terakhir adalah pelanggaran berbuah pinalti dalam laga perempat final liga champions melawan AC. Milan. Hanya dengan sedikit kontak dan tarik kaos, sedikit saja dan Busquets sukses membawa kemenangan bagi Barcelona. Tentunya dengan aksi menjatuhkan diri dan merengek yang indah dipandang mata. Banyak pula bukti yang diajukan para penikmat bola untuk menasbihkan filosofi banci ala Barcelona dalam bentuk video. Dengan mudah bisa anda unduh di situs youtube. Cari saja dengan keywords “Barcelona, cheaters, liers, actors”.

Jika tak ingin keindahan sepakbola rusak atau hancur, mari segera kita serukan regulasi atau aksi prihatin terhadap Filosofi Sepakbola Banci ala Barcelona. Jika boleh sedikit berasumsi, saya merasa bahwa filosofi banci ini tak lepas dari kejeniusan seorang Pep Guardiola.

Ulasan oleh: Amiruddin Fahmi, Penikmat Sepakbola

ingin tahu lebih banyak aksi diving busquet? cukup ketik di google search "busquets diving" n binggo! anda bisa lihat sendiri kehebatannya
Baca Selengkapnya...

01 April 2012

Ibnu Taimiyah Dalam Sorotan


Dahulu di zaman Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, semua berpadu di bawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW. Jika terdapat masalah atau terjadi perselisihan pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW, dan itulah  yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.

Kemudian setelah  Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali bin abi tholib menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik belaka, sementara akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh ibnu Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pelopor ideology Saba’iyyah yang identik dengan Syi’ah. Pada waktu itu paham yang paling menyesatkan adalah mereka meyakini bahwa Ali bin Thalib adalah tuhan. Aliran mereka dikenal dengan Khattabiyyah. Para ulama tidak mengatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif, sebagaimana pendapat kelompok Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah. Mereka cenderung melaknat Abdullah bin Saba’ yang seorang yahudi. Tentu saja sikap mereka ini dapat dipahami alasannya, yaitu pengakuan mereka akan eksistensi Abdullah bin saba’ secara tidak langsung akan menimbulkan persepsi bahwa ajaran mereka merupakan akulturasi dan asimilasi dengan agama Yahudi (Ashl al-Syi’ah Wa ushuluha hal 17, Abdullah Bin Saba’ Fi nasj al-Khayal).

Setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah semakin membesar, sehingga timbullah bermacam sekte ideologi yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW. Saat itu muslimin terpecah dalam dua kelompok besar, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh dengan turots yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.

Namun pada abad ke 6 hijriyah sekitar tahun 661 hijriyah lahirlah seorang ulama terkemuka pada zamannya ahmad bin abdul halim bin abdus salam bin taimiyah yang lebih popular dengan nama ibnu taimiyah al harroni yang telah menjadi sosok kontroversional diantara para ulama dari berbagai lapisan empat madzhab baik di zamannya maupun ulama yang datang setelahnya dan tak jarang produk pemikirannya pun menjadi ajang polemik diantara ulama terutama yang bekaitan dengan masalah aqidah sehingga beliau sering menikmati kehidupannya di dalam jeruji besi, beliau dalam menyampaikan gagasan-gagasannya tidak hanya menyalahi ulama zamannya bahkan keberanian beliau sampai pada mukholafatul ijma’ (menyalahi ijma’ ulama) hal itu lah yang membuat beliau berada dalam buruan para ulama.

Produk pemikiran beliau yang menjadi kontroversi para ulama di zamannya terjadi pada tahun 698 hijriyah,awal mula beliau menyuguhkan pemikiran dan fatwa-fatwa yang popular dengan masalah alhamawiyah dan hal ini membuat beberapa fuqoha zamannya turut membahasnya dan mereka melarang beliau untuk berbicara,kemudian disusul oleh al qodi imamuddin alquzwaini  yang langsung memasukkan beliau ke dalam jeruji besi dan al qodi memmberikan pernyataan “barang siapa yang mengambil fatwanya ibnu taimiyah maka kami akan menta’zirnya (menghukumnya).

Selang beberapa waktu kemudian tepatnya pada tahun 705 hijriyah beliau kembali menghebohkan dunia islam dengan fatwanya yang membuat dirinya menjalani kehidupan penjara lagi, dan pada tahun 709 hijriyah akhirnya beliau dipindahkan ke iskandariyah dan tidak sampai situ saja di sana pun beliau juga menyuguhkan gagasan dan fatwa-fatwa yang di permasalahkan oleh ulama setempat,begitulah seterusnya seputar perjalanan hidup ibnu taimiyah yang sering kali keluar masuk penjara dalam beberapa kasus dan terkadang beliau terkesan tidak kosekwen dengan pernyataannya kadang beliau mengaku bermadzhab hambali namun pada kesempatan lain beliau mengaku bemadzhab safi’i sebagaimana hal itu di ungkapkan oleh al hafid ibnu hajar al asqollani dalam kitab addurorul kaaminah hal 88-98.

Oleh karena itu dari masa ke masa ulama selalu mengontroversikan pola pemikiran ibnu taimiyah muai dari ulama madzhab sampai ulama kalam bahkan beberapa muridny pun ikut andil dalam membicarakan sosok ibnu taimiyah seperti imam ibnu kastir dan imam addzahaby, maka tak heran kalau ibnu taimiyah menjadi ajang pembicaraan para ulama ahlus sunnah akan tetapi perlu di ingat juga bahwa imam ibnu taimiyah tidak selamanya seperti itu pada akhirnya pun beliau bertaubat atas semua ideologinys dan mrngikti ideology yang dikembangkan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari hal ini ditandai dengan pernyataan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa:
ألأشاعرة أنصار أصول الدين والعلمار انصار علوم الدين
“Para pengikut Abu al-Hasan al-Asy’ari adalah penolong “Ushul” (pokok-pokok) agama, sedangkan para ulama adalah penolong ilmu-ilmu agama”.

 kemudian beliau mengangkat kitab-kitab yang bermadzhab as’ary sebagai simbol bahwasannya dia adalah pengikut as’ary sebagaimana yang ara di riwayatkan oleh al hafid ibnu hajar  dalam kitab addurorul kaaminah hal 148 dan hal itu juga disaksikan oleh ulama zamannya yang berkompeten As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733 H dalam kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab juz 32 hal 115-116.

“Keilmuan” Ibnu Taimiyah

ibnu taimiyah dilahirkan pada tahun 661 H beliau tumbuh dengan kecerdasan yang luar biasa. mula-mula dia belajar pada ibnu abi daim, muslim bin allan dan ibnu abi amar dan dengan bekal kecerdasan yang tinggi beliau mampu mengalahkn yang lainnya dan imam addzahabi penah bercerita bahwa ibnu taymiyah sudah mempunyai kompetensi bermunadzoroh (berdebat) sebelum masa baligh dan mampu mengajar, mengarang serta berfatwa bahkan ketika umurnya belum memasuki 20 tahun (addurorul kaaminah hal 95). al hafid ibnu hajar pernah berbica panjang tentang kehebatan ibnu taimiyah melalui tulisan muridnya al hafid dzahabi, menurut addzahabi ibnu taimiyah mampu mentarjih dan membedakan argument yang kuat dalam masalh khilafiyah dan jarang sekali ku temukan seorang yang lebih cepat diri ibnu taimiyah dalam berargumen baik dengan ayat-ayat al qur’an maupu hadist seakan akan semua itu berada di depan dan di ujung lidahnya addurorul kaaminah hal 19 maka tak heran kalau ibnu taimiyah mampu mengkader dan menciptakan ulama-ulama yang hebat seperti al hafid ibu kastir,al hafid dzahabi,ibnu abdul hadi,samsuddin abu abdillah yang popular dengan ibnu jauzi,alhafid abu hajjaj yusuf bin abdurahman al mizzi.

Sorotan Ulama’ Tentang Pribadi Ibnu Taimiyah

قال المحدث الحافط الفقيه ولي الدين  العراقي إبن الشيخ زين الدين العراقي : إنه خرق الإجماع في مسائل كثيرة قيل تبلغ ستين مسألة بعضها في الأصول و بعضها في الفروع خالف فيها بعد انعقاد الإجماع عليها (الأجوبة الميضيةعلي المسألة المكية)

“seorang ahli hadist yang mendapat gelar al hafid al faqih waliuddin al iroqi putra dari shyaih zainuddin al iroqi berkata :sesungguhnya ibnu taimiyah telah keluar dari ijma’ ulama dalam berbagai masalah , dikatakan  mencapai 60 per masalahan , sebagian mengenai aqidah dan sebagian lainnya mengenai furu’, ia telah menyalahi permasalahan- permasalahan yang telah di sepakati oleh ulama’(al ajwibah al mudiah alal mas alatil maakiyah)

Hal sama juga di serukan oleh ibnu hajar al haitami sebagai berikut

Syakh ibnu hajar berkata dengan menukil semua permasalahan ibnu taimiyah yang menyalahi kesepakatan ulama’ yaitu :

Ibnu Taimiyyah telah berpendapat , bahwa Alam itu bersifat dahulu dengan satu macam, dan selalu makhluk bersama Allah. Ia telah menyandarkan alam dengan Dzat Allah Swt bukan dengan perbuatan Allah secara ikhtiar.

Ibnu taimiyah juga berkeyakinan akan adanya jisim pada dzatnya allah SWT ,arah dan perpindahan, dan dia juga berkeyakinan bahwa allah tidak lebih kecil atau lebih besar dari arsy, sungguh allah maha suci dari kedustaan keji dan buruk ini serta kekufuran yang nyata (al fatawa al hadisiyah 116)

Dalam kesempatan yang lain beliau juga menyinggung ibnu taimiyah serta muridnya sebagai berikut:

“maka berhati hatilah kamu dan jangan sampai mendengarrkan apa yang di tulis oleh ibnu taimiyah dan muridnya ibnu qoyyim dan lainnya dari orang- orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan allah telah menyesatkan nya dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjadikan penghalang atas pandangannya”.(al fatawa al haditsiyah 203)

Seorang ulama besar Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ad-Dimasyqi berkata dari ayahnya bahwasanya beliau bercerita

“ Ketika kami sedang duduk di majlis Ibnu Taimiyyah, dan ia berceramah hingga sampai pada pembahasan ayat Istiwa, ia berkata Allah Swt beristiwa di atas arasy-Nya seperti istiwaku ini “,(al maqoolat assuniyah 36)

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh al hafid taqyuddin assubuky dalam kitab adduroru al mudhi’ah hal 2-3bahwa ibnu taimiyah telah membuat hal yang baru dalam masalah aqidah dan menghancurkan pondasi serta aqidah islam setelah dia mengaku masih mengikuti ajaran al qur’an dan hadist dam mengaku selalu mengajak kepada kebenaran kemudian dia keluar dari semuanya itu dan memciptakan sesuatu yang bid’ah dengan menyalahi semua ijma’ ulama’”

Al imam yaafi’I juga berkomentar “bahwa barang siapa yang mengikuti ajaran ibnu taimiyah maka halal darah dan hartanya” sebagaimana di kutib dari kitab( mir’atul janaan)

Al hafid ibnu hajar al asqollani juga berpendapat bahwa sebagian ulama ada yang menisbahkan ibnu taimiyah kepada kenifakan dan sebagian ulama juga menisbahkan ibnu taimiyah pada kezindikan (adduroru al kaminah)

Bahkan murid beliau sendiri al hafid addzahabi ikut andil dalam menyikapi pribadi beliau dan mengingatkan beliau agar berhenti menyerukan faham-faham estrim dan batilnya serta berhenti dari kebiasaan mencaci maki ulama’ soleh terdahulu maka dari itu al hafid addzahabi terdorong untuk menulis kitab yang bejudul an nasihah ad dzahabiyah li ibni taimiyah

Tidak hanya itu saja, bahkan sekitar 90 ulama besar yang telah mengkritisi produk pemikiran beliau yang dimanifestasikan dalam bentuk kitab-kitab klasik.

Penulis : ahmad maydin
Editor : amiruddin fahmi
Baca Selengkapnya...

02 Maret 2012

Waspada! Doktrin Wahabi Masuk Kurikulum Sekolah Indonesia


Sekolah merupakan faktor utama pembentuk kepribadian. Setiap materi pelajaran, nilai dan teladan yang didapat di sekolah akan diserap oleh siswa dan mempengaruhi karakter secara signifikan. Baik teladan itu ia dapat dari guru maupun teman satu sekolahnya. Kualitas dan tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan di sekolah mana ia menempuh jenjang pendidikan. Hal inilah yang mengharuskan untuk memberi perhatian khusus pada sekolah yang menjadi lingkungan utama anak belajar. Minimnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anak semakin menambah dominasi sekolah terhadap perkembangan dan pembawaan anak. Agaknya, teori lama Ki Hajar Dewantara yang menomorduakan peranan sekolah dalam pengaruhnya terhadap perkembangan menyeluruh pada anak setelah faktor kelurga perlu ditinjau ulang. Apalagi orang tua  belakangan ini cenderung menyerahkan kepercayaannya dalam pendidikan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan. Secara selektif orang tua menunjuk satu lembaga pendidikan agar bisa lebih berkonsentrasi total terhadap pekerjaannya.

Fenomena inilah yang patut diwaspadai oleh seluruh kalangan khususnya para orangtua, pemerhati pendidikan dan tokoh masyarakat. Sudah sepatutnya sekolah mendapat perhatian lebih dalam segala aspeknya. Kapabilitas guru sebagai orang paling didengar dan diikuti pemikirannya serta teman sebagai tolok ukur pandangan. Terutama lagi adalah materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Para pemangku sekolah harus memberi perhatian lebih terkait hal-hal tersebut.

Terkait dengan materi pelajaran yang menjadi muatan kurikulum, beberapa aliran dalam Islam mulai bergerak menyisipkan ideologi eksklusifnya ke dalam kurikulum nasional melalui mata pelajaran berbasis agama. Beberapa doktrin “tidak benar” berhasil masuk menjadi bagian dari materi esensial mata pelajaran akidah akhlak edaran kementerian agama pusat 2009 lalu (Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kemenag). Artinya, doktrin tersebut merupakan bagian dari materi yang wajib dikuasai anak-anak didik yang menempuh jenjang pendidikan dalam sekolah. Karena sudah menjadi materi pelajaran, implikasinya adalah doktrin ini menjadi materi ujian yang akan dihapalkan dan tidak menutup kemungkinan akan “dianut” siswa karena dianggap sebagai kebenaran yang harus diyakini. Naik dari ranah kognitif yang hanya menitikberatkan pada penguasaan materi dalam otak ke taraf afektif (hati) dan menjadi kepercayaan.

Sejak berlakunya otonomi pendidikan pada tahun 2001 dengan dijalankannya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dan kesempatan untuk memberdayakan segala hal dalam penyelengaraan pendidikan, baik itu muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan sekolah, fasilitas dan sarana belajar. Meski begitu, pemerintah pusat tetap menetapkan standar isi dan kompetensi yang harus dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum. Inilah yang berpotensi memicu problem dalam tataran lebih lanjut. Standar isi yang ditetapkan diyakini tidak –akan mampu memenuhi kemauan beragam aliran Islam khususnya dalam aspek akidah karena masing-masing aliran secara spesifik memiliki karakteristik  yang tak bisa diintegrasikan untuk mencapai konsensus. Sebagai contoh, ahlussunnah tentu berbeda dengan wahhabi dalam pendekatan masalah tauhid. Mereka mengenal konsep tauhid dengan tiga macamnya, yaitu  uluhiyyah, rububiyyah dan asma’ wa shifat sedangkan ahlussunnah mengingkari konsep yang digagas ibnu taimiyyah ini. Jangan harap akan ada kompromi menyikapi perbedaan prinsip dalam masalah ini.

Pada mulanya, macam-macam tauhid khas wahhabi yakni tauhid uluhiyyah, rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat belumlah menjadi standar isi mata pelajaran pendidikan agama islam nasional. Hal ini terlihat dari kritik yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhaimin, MA pada acara workshop penilaian pendidikan agama islam pada sekolah di Bogor, 2007 silam. Seperti tertulis dalam artikelnya yang berjudul “Analisis Kritis Terhadap Permendiknas no. 23/2006 & no. 22/2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam di SD/MI, SMP/MTS & SMA/MA”, Muhaimin mengkritik rumusan Standar Kompetensi Lulusan aspek akidah yang tidak mengadopsi tauhid berkarakter wahhabi. Ia pun melayangkan kritik terhadap pendidikan agama Islam nasional secara umum seraya berusaha menyisipkan materi tauhid ala wahhabi ke dalam materi pendidikan agama. Guru Besar UIN Malang untuk Ilmu Pendidikan Agama dalam artikelnya ini menyebutkan perlunya menjadikan tiga macam tauhid itu sebagai bagian dari standar kompetensi lulusan dan kompetensi dasar aspek akidah untuk mata pelajaran akidah akhlak. Selain menyebutkan keunggulan model tauhid ala ibnu taimiyyah tersebut dalam artikelnya, beliau juga menuturkan kekurangan konsep tauhid madzhab al-asy’ari yang membagi sifat allah menjadi dua puluh, dan lain sebagainya.
Secara runtut dan ilmiah khas seorang akademisi, Muhaimin mengemukakan argumennya dan mengkritik model lama pelajaran akidah.  Dia berkeinginan untuk mengeliminasi konsep tauhid asy’ari seperti sifat wajib allah yang 20 lalu mengisinya dengan asma’ul husna. Alasan yang dipaparkan pun cukup menarik dan rasional. Dia beranggapan bahwa model lama sifat dua puluh dirasa kurang tepat dan mengena sesuai tujuan pelajaran akidah, yaitu lebih menyentuh dimensi hati dan memberi dampak kejiwaan pada kualitas iman seorang muslim. Asma’ul husna dipandang lebih mampu menyentuh perasaan seorang muslim dan memiliki efek yang lebih nyata dan praktis daripada sifat wajib yang dua puluh. Hanya rumusan rasionalistik.


              Prof. Muhaimin, Guru Besar UIN Malang dan Ilustrasi Buku Akidah Akhlak

Usaha gigih wahhabi itu pada akhirnya membuahkan hasil. Tauhid uluhiyyah, tauhid rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat berhasil masuk menjadi bagian modul pelajaran akidah akhlak standar nasional. Secara eksplisit, memang tidak disebutkan pembagian tauhid menjadi tiga macam ke dalam muatan pelajaran. Hanya saja, dengan cerdik materi itu mereka sisipkan bebarengan dengan sifat wajib allah yang dua puluh itu. Dengan praktek yang halus ini, tentu saja anak didik dikhawatirkan akan mengira bahwa ragam tauhid ini adalah satu paket wajib hapal bersama sifat wajib 20 yang sudah familiar dan biasa dilantunkan sebelum shalat.

Jika dilihat sekilas, penyisipan tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah ke dalam mata pelajaran pendidikan agama islam aspek akidah seakan tidak berbahaya dan berpengaruh signifikan. Apalagi menilik alasan yang dikemukakan Muhaimin seperti di atas. Terlihat logis dan lebih masuk akal. Padahal sebenarnya dari konsep tauhid macam inilah jurang lebar antara dua komunitas besar muslim berpotensi tercipta. Tidak main-main. Dengan bepijak pada mainstream tauhid macam ini, wahhabi bisa-bisa mengkafirkan mayoritas muslim Indonesia sebab praktek ibadah yang biasa mereka amalkan seperti membaca burdah, manaqib dan semisalnya.

Bila ditinjau dalam spektrum yang lebih luas, kekakuan wahhabi dalam berislam bisa dilihat dalam kehidupan beragama di Arab Saudi. Di Indonesia, dinamika perbedaan masih bisa ditolerir dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, namun tidak demikian halnya dengan di Arab Saudi. Implikasi dari konsep tauhid inilah yang menciptakan perbedaan karena menjadi legitimasi bagi beberapa sikap mereka yang kontroversial di mata umat Islam. Larangan mengadakan maulid dan beberapa kegiatan kebaikan seperti istighotsah bahkan sikap mengangkat kedua tangan ketika berdoa di Makam Rasulullah adalah beberapa dampak serius dari perbedaan dalam memahami konsep tauhid yang benar. Yang paling fatal, fanatisme pada konsep tauhid tiga macam ini akan berujung pada sikap saling mengkafirkan antar sesama muslim. Hal apa pula yang lebih besar dari tidak diakui sebagai sebagai muslim?

Implikasi konsep tauhid uluhiyyah rububiyyah dalam praktek keislaman di Indonesia berpotensi memicu friksi tajam antar umat islam. Apalagi ini berhubungan dengan dua komunitas muslim dengan kuantitas terbesar di Indonesia. Jika dipaksakan, peluang untuk ke sana akan semakin terbuka lebar.
Ahlussunnah yang merupakan mayoritas di Indonesia harusnya tanggap menyikapi hal ini. Jika tauhid model lama dianggap tidak akomodatif terhadap minat masa sekarang, bukankah itu hanya masalah pendekatan dan cara penyampaian saja yang tidak menarik? Jika diperbaharui dan dikemas lebih menarik sesuai selera penyampaian pendidikan kontemporer yang kreatif, bukan tidak mungkin anak Sekolah Dasar pun bisa menjangkau dan menikmati materi tauhid ahlussunnah semacam 20 Sifat Wajib Allah yang oleh Muhaimin dikatakan “kurang mengena”. Sepertinya itu hanya masalah penyajian saja yang kurang menarik dan kurang penjabaran makna. Tentu saja ini menjadi tugas umat muslim seluruhnya khususnya yang berkecimpung di dunia pendidikan Indonesia. Bila terus-menerus tidak mendapat perhatian, lubang yang “kecil” ini akan semakin meluas dan boleh jadi akan menggerus habis jejak Ahlussunnah pada Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Amiruddin Fahmi
Baca Selengkapnya...